Sabtu 08 Aug 2020 06:15 WIB

Partai Presiden Sri Lanka Menangkan Mayoritas Kursi Parlemen

Partai Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menangkan mayoritas kursi parlemen

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Partai Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menangkan mayoritas kursi parlemen. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Partai Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menangkan mayoritas kursi parlemen. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Partai Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, dan sekutunya memenangkan mayoritas dua pertiga dalam pemilihan parlemen, Jumat (7/8). Hasil tersebut memberinya kekuatan untuk memberlakukan perubahan besar-besaran pada konstitusi.

Perhitungan Komisi Pemilihan menyatakan partai Podujana Peramuna dan sekutunya telah memenangkan 150 kursi di parlemen yang beranggotakan 225 orang. Hasil tersebut diperoleh dari pemungutan suara pada Rabu (5/8).

Baca Juga

Rajapaksa telah meminta dua pertiga mayoritas di parlemen untuk dapat mengembalikan kekuasaan eksekutif penuh ke kursi kepresidenan. Menurutnya, langkah ini diperlukan untuk melaksanakan agendanya membuat Sri Lanka aman secara ekonomi dan militer.

Presiden kemungkinan akan melantik kakak laki-lakinya dan mantan presiden, Mahinda Rajapaksa, sebagai perdana menteri berikutnya. Saudaranya ini terkenal karena menumpas pemberontak Macan Tamil yang memperjuangkan wilayah yang terpisah untuk minoritas Tamil selama masa kepemimpinannya pada 2009.

Keberhasilan mendulang banyak kursi di parlemen ini telah disambut hangat oleh kepala negara lain seperti Perdana Menteri India, Narendra Modi. Keputusan Modi ini pun menjadi upayanya memeriksa pengaruh China di negara tetangga selatan. Rajapaksa berjanji untuk mempererat hubungan antara kedua negara tersebut.

"Dengan dukungan kuat dari rakyat Sri Lanka, saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk lebih meningkatkan kerja sama jangka panjang antara kedua negara kita," katanya kepada Modi menekankan relasi yang dekat antara Sri Lanka dan India.

Negara yang bergantung pada pariwisata dengan 21 juta penduduk ini telah berjuang secara ekonomi sejak serangan militan yang mematikan di hotel dan gereja tahun lalu. Kondisi pun semakin menyulitkan setelah karantina wilayah yang diterapkan akibat penyebaran virus corona.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement