Sabtu 08 Aug 2020 00:10 WIB

AS Diprediksi Bisa Kehilangan 300 Ribu Jiwa Akibat Covid-19

Pakar kesehatan prediksi 300 ribu jiwa bisa melayang akibat Covid-19 di AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Guci dengan abu migran yang meninggal dengan COVID-19 di Amerika Serikat tiba di Puebla, Meksiko. Pakar kesehatan prediksi 300 ribu jiwa bisa melayang akibat Covid-19 di AS. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/HILDA RIOS
Guci dengan abu migran yang meninggal dengan COVID-19 di Amerika Serikat tiba di Puebla, Meksiko. Pakar kesehatan prediksi 300 ribu jiwa bisa melayang akibat Covid-19 di AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar kesehatan University of Washington memperkirakan hampir 300 ribu orang Amerika Serikat (AS) bisa meninggal dunia akibat Covid-19 pada 1 Desember. Meskipun ada kemungkinan 70 ribu nyawa bisa diselamatkan jika orang-orang berhati-hati dengan mengenakan masker.

Prediksi terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang banyak dikutip universitas ini rilis ketika kondisi di AS semakin mengkhawatirkan. Penasihat penyakit menular Gedung Putih memperingatkan bahwa kota-kota besar AS dapat meletus sebagai pusat penyebaran virus corona jika pejabat tidak waspada dengan tindakan pencegahan.

Baca Juga

"Kami melihat rollercoaster di AS. Tampaknya orang-orang memakai masker dan menjauhkan secara sosial lebih sering ketika infeksi meningkat. Kemudian setelah beberapa saat infeksi turun, orang membiarkan pertahanan mereka turun," kata Direktur IHME, Christopher Murray, Kamis (6/8).

IHME mengatakan infeksi menurun di pusat penyebaran Arizona, Kalifornia, Florida, dan Texas tetapi meningkat di Colorado, Idaho, Kansas, Kentucky, Mississippi, Missouri, Ohio, Oklahoma, Oregon, dan Virginia. Jumlah kematian AS akibat Covid-19 mencapai lebih dari 159 ribu, terbanyak dari seluruh negara yang melaporkan kasus Covid-19, dengan hampir 4,9 juta kasus yang diketahui.

Wabah AS sebelumnya berpusat di sekitar New York City yang berpenduduk padat, sejak itu telah menginfeksi masyarakat dari pantai ke pantai. Para ahli percaya bahwa penyebaran itu sebagian didorong oleh perjalanan liburan musim panas.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement