Jumat 07 Aug 2020 09:50 WIB

Seorang Penyandera di Bank Prancis Menyerahkan Diri

Pria bersenjata yang menyandera enam orang di sebuah bank di Prancis menyerah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Pria bersenjata yang menyandera enam orang di sebuah bank di Prancis menyerahkan diri. (ilustrasi)
Foto: VOA
Pria bersenjata yang menyandera enam orang di sebuah bank di Prancis menyerahkan diri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LE HAVRE -- Seorang pria bersenjata yang menyandera enam orang di sebuah bank di Prancis utara pada Kamis (6/8), akhirnya menyerahkan diri kepada polisi setelah enam jam. Penyandera yang berusia 34 tahun dengan riwayat penyakit mental keluar dari gedung dengan tangan terangkat ke atas.

Semua sandera tidak terluka, namun sangat terkejut dengan penyanderaan tersebut. Seorang perwakilan polisi nasional Prancis mengatakan petugas regu bom segera bertindak setelah penyandera itu mengatakan bahwa ada bahan peledak di dalam tasnya. Dia juga membawa senjata api.

Baca Juga

Pria itu keluar dari gedung bank dengan mengenakan penutup muka dan tampak bendera berwarna hijau menutupi bahunya. Polisi telah menutup area di sekitar bank di Boulevard de Strasbourg, yakni jalan raya yang luas di tengah Le Havre.

Seorang karywan di gerai Burger King yang terletak sekitar 100 meter dari bank menuturkan polisi telah meminta mereka untuk mengunci pintu masuk. Ketika sandera kelima dibebaskan, seorang pria berkemeja merah muda sedang dibawa pergi oleh seorang petugas polisi dengan perlengkapan pelindung lengkap.

Denis Jacob dari serikat polisi Alternatif mengatakan pria itu awalnya menyandera enam orang. Lima kemudian dibebaskan dan yang keenam dibawa ke tempat aman setelah pria itu ditangkap. Penyandera diyakini memiliki simpati kepada kelompok ISIS, namun hal ini belum dapat dikonfirmasi.

Kelapa serikat polisi SGP Unite Yves Lefebvre mengatakan penyandera berada dalam daftar pengawasan dinas keamanan. Dia menambahkan penyandera telah diradikalisasi dan menderita penyakit kejiwaan.

“Kami tahu bahwa dia telah diradikalisasi dan menderita penyakit kejiwaan yang serius,” ujar Lefebvre.

Serangan kelompok bersenjata telah mengguncang Prancis dalam beberapa tahun terakhir. Empat petugas polisi tewas dalam sebuah insiden penusukan pada Oktober 2019. Selain itu, pada November 2015 sebanyak 130 orang meninggal dunia akibat pemboman dan penembakan yang terkoordinasi di ibu kota Paris.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement