Kamis 06 Aug 2020 22:02 WIB

Positif Covid-19 Kota Bogor Melonjak Sejak PSBB Longgar

Kasus positif di Kota Bogor melonjak setelah PSBB dilonggarkan

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Esthi Maharani
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim.
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menerima pemaparan dari ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono. Dalam pemaparan itu, Miko menyebut kasus positif di Kota Bogor melonjak setelah pembatas sosial berskala besar (PSSB) dilonggarkan.

"Dalam pemaparan itu, disebut terjadi lonjakan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pasca PSBB IV di Kota Bogor, yakni PSBB ke lima adalah Pra-AKB (adaptasi kebiasaan baru) pertama. Jadi karena sudah ada pelonggaran-pelonggaran terbukti ada resiko penularan," kata Dedie di Balai Kota Bogor, Kamis (6/8).

Selain itu, Dedie mengutarakan, banyaknya kasus juga disinyalir lantaran masifnya swab test. Sebab, Pemkot Bogor seringkali menggelar swab test di tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, hingga pasar.

Dedie mengatakan, Miko juga memprediksi puncak pandemi akan terjadi pada Agustus 2021. Karena itu, Dedie menanyakan langkah antisipasi yang harus diambil untuk menghadapi puncak pandemi itu.

"Karena kan sektor ekonomi ada pelonggaran, dengan pelonggaran ini tentunya beresiko," jelasnya.

Sementara, Miko menyarankan agar Gugus Tugas Covid-19 Kota Bogor terus mengawasi pasien positif yang melakukan karantina mandiri. Jika tidak, sambung Miko, mereka berpotensi menjadi klaster penularan baru.

Berdasarkan data Covid-19 pada 3 Agustus 2020 terdapat 86 orang yang melakukan karantina. Sebanyak 46 pasien dirawat di rumah sakit dan 40 orang sisanya melakukan karantina mandiri.

"Jadi yang dikarantina mandiri ini harus benar-benar diawasi, harus diam di rumah. Kalau mereka butuh bantuan, beri bantuan," jelas Miko.

Sementara, menilik data penyebaran Klaster di Kota Bogor sejak 10 Maret - 3 Agustus 2020, klaster luar Kota Bogor menyumbang jumlah tertinggi sebanyak 111 orang atau 36,88 persen. Oleh karena itu, Miko menyarankan Pemkot Bogor dapat menelusuri titik persebaran Covid-19.

“Dari data klaster luar kota, ternyata yang ke luar kota menggunakan kendaraan pribadi ada 80 persen. Jadi, harus dievaluasi lagi, sebetulnya penularannya dimana,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement