Rabu 05 Aug 2020 19:33 WIB

Deflasi Bekasi Terendah se-Indonesia, Walkot: Berkat UMKM

Pembukaan sektor-sektor ekonomi dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan fiskal.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi alias Pepen.
Foto: Uji Sukma Medianti
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi alias Pepen.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Kota Bekasi mengalami deflasi sebesar 0,01 persen pada Juli 2020. Angka deflasi Kota Bekasi merupakan yang terendah secara nasional, sama seperti Bogor, Gunungsitoli, Luwuk dan Bulukumba.

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menyebut meski deflasi menunjukkan adanya pelemahan permintaan (demand) dari masyarakat. Namun sektor usaha kecil dan menengah mampu menjadi penopang.

“(angka) Deflasi terjadi karena dari sektor usaha menengah dan kecil mulai melakukan kegiatan usahanya,” kata Pepen, sapaan akrabnya, dalam pesan singkat kepada Republika, Rabu (5/8).

Meski masih dalam bayang-bayang kondisi pandemi Covid-19, namun kegiatan ekonomi di Kota Bekasi sudah dibuka. Ia mengklaim deflasi tipis ini bisa jadi juga merupakan keberhasilan dari simulasi dibukanya kegiatan ekonomi oleh Presiden Joko Widodo secara langsung pada akhir Mei lalu.

“Kalau begitu berhasil apa yang dilakukan simulasi oleh Presiden pada 26 Mei 2020 lalu,” ujar dia.

Menurutnya, pembukaan sektor-sektor ekonomi mulai dari yang besar, menengah dan kecil di masyarakat juga dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan fiskal di masa pandemi Covid-19. Dilansir dari website Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Bekasi sebesar 106,98.

Dari tujuh kota pantauan IHK di Provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa Kota Bekasi dan Bogor mencatatkan deflasi terendah yakni 0,01 persen. Sementara paling tinggi adalah Kota Depok 0,16 persen.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai terjadinya deflasi sebesar 0,01 persen di Bekasi dan Bogor lantaran pelonggaran PSBB yang terjadi di dua kota ini. “Bisa jadi (karena pelonggaran),” kata Bhima saat dihubungi.

Di sisi lain, deflasi tetap menunjukkan adanya penurunan demand. Bhima mengatakan Bekasi dan Bogor adalah dua wilayah basis para pekerja urban. Ketika pendapatan para pekerja urban mengalami penurunan yang tajam bahkan terdampak PHK, maka daya beli juga akan terdampak.

“Ini bisa membuat penjual barang tidak berani menaikkan harga, karena khawatir akan menurunkan omzet,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement