Rabu 05 Aug 2020 17:47 WIB

Pemkot Yogya: Guru Berkunjung Jawab Kesulitan PJJ

Sebesar 44 persen orang tua murid masih merasa kesulitan untuk mengakses PJJ.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Siswa SMP 4 Patuk mengerjakan tugas sekolah dengan memanfaatkan jaringan internet publik di kawasan wisata Embung Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (29/7/2020). Sejumlah pelajar memanfaatkan koneksi jaringan nirkabel publik kawasan wisata Embung Nglanggeran untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Siswa SMP 4 Patuk mengerjakan tugas sekolah dengan memanfaatkan jaringan internet publik di kawasan wisata Embung Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (29/7/2020). Sejumlah pelajar memanfaatkan koneksi jaringan nirkabel publik kawasan wisata Embung Nglanggeran untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mulai menerapkan uji coba pelaksanaan program Guru Berkunjung. Program ini diterapkan dalam rangka menjawab kesulitan yang dialami orang tua dan siswa dalam mengakses sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan secara daring. 

"Guru Berkunjung ini diharapkan untuk menjembatani terhadap problem-problem pembelajaran jarak jauh di Kota Yogyakarta," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang juga Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut. 

Ia menyebut, 44 persen orang tua murid masih merasa kesulitan untuk mengakses PJJ. Kendala utamanya yakni kuota internet yang diperlukan untuk PJJ cukup besar. 

Bahkan, Heroe menyebut, per hari orang tua bisa menghabiskan setidaknya Rp 50 ribu. "Apalagi kalau anaknya banyak. Ini akan memberatkan,' ujarnya. 

 

Kesulitan lain yang dihadapi dalam PJJ yakni tidak semua orang tua yang mampu mengajarkan anaknya di rumah. Sehingga, program Guru Berkunjung, yang mana guru mengunjungi murid ke rumah sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses PJJ. 

"Solusi sementara adalah kegiatan Guru Kunjung tetap dijalankan, akan tetapi belum bisa menjakau seluruh siswa," jelasnya. 

Di tengah pandemi Covid-19 ini, proses PJJ di Kota Yogyakarta hanya memberlakukan 60 persen kurikulum nasional. Sementara, 40 persen lainnya merupakan soft skill. 

"40 persen ini berupa soft skill dan program lainnya yang relevan dengan kondisi saat ini," kata Heroe. 

Pihaknya juga belum berencana untuk menambah jaringan internet Wifi Public. Hal ini belum dilakukan mengingat potensi terjadinya kerumunan jika titik Wifi ditambah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement