Rabu 05 Aug 2020 17:21 WIB

Asal Muasal Ribuan Ton Amonium Nitrat Lebanon yang Meledak

Ribuan ton amonium nitrat itu sudah ada di pelabuhan sejak enam tahun lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Asap mengepul dari lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).
Foto: EPA-EFE / IBRAHIM DIRANI / DAR AL MUSSAWIR
Asap mengepul dari lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Masyarakat Lebanon baru tahu ada 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di dalam sebuah gudang di Beirut setelah terjadi ledakan besar menewaskan lebih dari 100 orang. Senyawa kimia ini tidak hanya digunakan sebagai bahan pupuk tapi juga untuk meledakan tambang.

Masyarakat Lebanon sangat terkejut dan sedih dengan kerusakan yang ditimbulkan ledakan ini. Mereka marah terhadap orang yang membiarkan ada bahan kimia mudah meledak disimpan di dalam gudang selama bertahun-tahun.

Baca Juga

Dokumen dan catatan publik menunjukkan, Pemerintah Lebanon mengetahui ada amonium nitrat yang disimpan di Hangar 12 pelabuhan Beirut selama enam tahun terakhir. Catatan-catatan itu juga memperlihatkan pemerintah tahu senyawa kimia itu berbahaya. 

Seperti dilansir dari Aljazirah, Rabu (5/8) kargo yang membawa amonium nitrat itu tiba di Lebanon pada September 2013. Kargo itu dibawa oleh kapal milik Rusia berbendera Moldova. Situs pelacakan kapal Fleetmon mencatat kapal yang bernama Rhosus itu dari Mozambik menuju Georgia.

Dokumen pengacara yang mewakili para kru kapal menyebutkan kapal itu terpaksa berlabuh di Beirut karena mengalami masalah teknis di laut. Menurut Fleetmon pemerintah Lebanon mencegah kapal itu berlayar lagi dan akhirnya pemilik dan awak kapal meninggalkan kapal tersebut.

photo
Asap mengepul dari lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). - (WAEL HAMZEH/EPA)

Muatan kargo kapal tersebut dikeluarkan dan dipindahkan ke Hangar 12 pelabuhan Beirut. Sebuah bangunan abu-abu yang menghadap ke tol utara-selatan di pintu masuk ibukota.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 27 Juni 2014, direktur Bea Cukai Lebanon saat itu Shafik Merhi mengirim surat tanpa nama ke 'hakim Urusan Mendesak'. Berdasarkan dokumen yang beredar di internet dalam surat tersebut Merhi meminta solusi mengenai isi kargo itu.

Sejak itu Bea Cukai Lebanon mengirimkan lima surat selama tiga tahun berturut-turut. Mulai 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016 dan 27 Oktober 2017. Mereka meminta petunjuk mengenai hal amonium nitrat yang berada di hangar.

Dalam surat-surat itu Bea Cukai Lebanon mengajukan tiga opsi yakni mengekspor amonium nitrat  itu, menyerahkannya ke Tentara Lebanon atau menjualnya ke perusahaan swasta Lebanese Explosives Company. Salah satu surat yang dikirimkan pada tahun 2016 mencatat 'tidak ada jawaban' dari hakim yang dimintai petunjuk sebelumnya.

"Mengingat bahaya serius menyimpan benda-benda ini di hangar di kondisi iklim yang tak cocok, sekali lagi kami meminta badan kelautan untuk segera mengekspor kembali benda-benda ini demi menjaga keamanan pelabuhan dan mereka bekerja di sana, atau setuju untuk menjualnya ke (Lebanese Explosives Company)," bunyi salah satu surat tersebut.

Surat itu juga tidak dibalas. Satu tahun kemudian, direktur Administrasi Bea Cukai Lebanon yang baru Badri Daher sekali lagi menyurati hakim. Pada 27 Oktober 2017 dalam suratnya Daher meminta hakim segera membuat keputusan mengenai masalah ini. "(Mengingat) bahayanya meninggalkan benda-benda ini di tempatnya yang sekarang dan membahayakan orang-orang yang bekerja di sana," tulis Daher dalam suratnya.

Namun tiga tahun kemudian amonium nitrat itu masih berada di dalam hangar.  Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab sudah berjanji akan membawa siapa pun yang bertanggung jawab atas ledakan ini ke pengadilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement