Rabu 05 Aug 2020 17:08 WIB

Akselerasi Pemulihan Bergantung Pada Stimulus Pemerintah

Dua kuartal ke depan akan jadi kunci bagi ekonomi Indonesia tahun ini.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Refleksi kaca deretan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (1/6). Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede menyebutkan, akselerasi pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga dan keempat akan banyak bergantung pada efektivitas stimulus pemerintah.
Foto: ANTARA/NOVA WAHYUDI
Refleksi kaca deretan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (1/6). Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede menyebutkan, akselerasi pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga dan keempat akan banyak bergantung pada efektivitas stimulus pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede menyebutkan, akselerasi pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga dan keempat akan banyak bergantung pada efektivitas stimulus pemerintah. Khususnya, seberapa banyak perbaikan yang dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

Raden memproyeksikan, dua kuartal besok akan menjadi kunci utama bagi ekonomi Indonesia setelah mengalami kontraksi sampai 5,32 persen pada kuartal kedua. "Pertaruhan kita di kuartal ketiga, keempat, tergantung stimulus pemerintah. Seberapa baik nantinya," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8).

Sebagai salah satu implementasinya, pemerintah melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional membuat inisiatif atau program utama Indonesia aman dan sehat pada semester kedua ini. Intinya, Raden menjelaskan, program ini ingin membangkitkan kepercayaan dari para konsumen, rumah tangga dan dunia usaha dengan mengurangi pesimisme akibat pandemi.

Dalam waktu dekat, Raden menjelaskan, akan ada kampanye besar terkait inisiatif tersebut, termasuk protokol kehidupan baru dan penyediaan obat-obatan. Selain itu, membuat perencanaan lebih matang mengenai produksi dan distribusi vaksin.

Raden berharap, program ini dapat menimbulkan kepercayaan dari masyarakat, investor maupun dunia usaha agar mereka mau berbelanja, sehingga bisa menjadi pengungkit ekonomi sepanjang 2020. Sebab, kontribusi pemerintah sendiri ke PDB terlampau kecil, yakni tidak mencapai 10 persen.

"Jadi, memang dampak secara langsung dari pemerintah itu kecil, dampak stimulannya yang besar dengan timbulkan kepercayaan. Itu jadi pegangan kita semua," katanya.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, ekonomi global juga menjadi penentu pemulihan Indonesia. Saat ini, ia menilai, sudah ada tanda-tanda perbaikan pada komponen tersebut, termasuk dengan menggeliatnya ekonomi China dan negara mitra dagang lainnya.

Seiring dengan relaksasi pembatasan di banyak negara, Iskandar berharap, kuartal kedua dan keempat bisa menjadi momentum pembalikan. "Paling jelek, jangan sampai negatif," tuturnya, dalam kesempatan yang sama.

Meski demikian, Iskandar menekankan, kunci utama dalam menghadapi gejolak ekonomi di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah permintaan domestik. Oleh karena itu, pemerintah kini mendorong sisi produksi dalam negeri dengan cara membeli hasil industri lokal.

Di sisi lain, Iskandar menambahkan, agenda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diadakan pada semester dua ini dapat membantu mendongkrak ekonomi dari sisi Lembaga Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi LNPRT pada kuartal kedua adalah minus 7,76 persen dengan kontribusi 1,36 persen terhadap struktur PDB.

Kemenko Perekonomian memperkirakan, akan ada dana Rp 34 triliun yang 'berputar' selama masa Pilkada, termasuk dari calon kepala daerah. Dengan situasi ini, Iskandar berharap, LNPRT dapat tumbuh positif. "Setidaknya, bisa menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement