Rabu 05 Aug 2020 13:22 WIB

Kinerja Sektor Migas di Semester I 2020 Anjlok

Realisasi investasi migas sebesar 5,6 miliar dolar AS baru sepertiga dari target

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Kementerian ESDM mencatatkan realisasi investasi di sektor migas yang melorot pada paruh pertama tahun ini. Dari target investasi migas sebesar 14,5 miliar dolar AS pada tahun ini, di paruh pertama baru terealisasi 5,6 miliar dolar AS.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Kementerian ESDM mencatatkan realisasi investasi di sektor migas yang melorot pada paruh pertama tahun ini. Dari target investasi migas sebesar 14,5 miliar dolar AS pada tahun ini, di paruh pertama baru terealisasi 5,6 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mencatatkan realisasi investasi di sektor migas yang melorot pada paruh pertama tahun ini. Dari target investasi migas sebesar 14,5 miliar dolar AS pada tahun ini, di paruh pertama baru terealisasi 5,6 miliar dolar AS.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Ego Syahrial mengaku memang realisasi investasi migas anjlok pada paruh pertama tahun ini. Ia menjelaskan total realisasi investasi migas sebesar 5,6 miliar dolar AS ini baru sepertiga dari target yang dipasang.

"Kami sempat targetkan investasi 14,5 miliar dolar AS. Tapi realisasinya baru sekitar 5,6 miliar dolar AS, memang masih jauh sekali baru sepertiganya," ujar Ego dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8).

Dari 5,6 miliar dolar AS tersebut di sektor hilir investasi baru terlaksana sebesar 712 juta dolar AS. Sedangkan di sektor hulu baru terealisasi 4,8 miliar dolar AS.

 

Tak hanya dari sisi investasi saja, dari target lifting juga belum mencapai target. Kementerian ESDM mentargetkan lifting migas sebesar 775 ribu barel per hari. Sayangnya, hingga hari ini lifting baru mencapai 705 ribu barel per hari.

Ego mengklaim merosotnya kinerja migas tak lain karena pandemi covid-19 dan juga penurunan harga minyak. Kondisi ini memaksa para investor migas memangkas rencana investasi dan produksi mereka sampai 40 persen.

"Memang iklim global memang lagi gak baik. Harga minyak juga turun. Pandemi yang kita hadapi ini juga berpengaruh pada perusahaan besar di dunia. Perusahaan melakukan pemotongan capex paling enggak sampai 30 persen," ujar Ego.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement