Selasa 04 Aug 2020 21:50 WIB

Vietnam Kekurangan Alat Rapid Test Saat Kasus Covid-19 Naik

Kementerian di Vietnam menyebut akan tingkatkan test cepat untuk deteksi Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Orang-orang mengenakan masker di Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi, Vietnam, 28 Juli 2020. Menurut laporan media, Vietnam telah mengevakuasi 80.000 orang, sebagian besar turis, dari Da Nang setelah wabah COVID-19 terdeteksi di daerah tersebut.
Foto: EPA-EFE/LUONG THAI LINH
Orang-orang mengenakan masker di Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi, Vietnam, 28 Juli 2020. Menurut laporan media, Vietnam telah mengevakuasi 80.000 orang, sebagian besar turis, dari Da Nang setelah wabah COVID-19 terdeteksi di daerah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI - Pemerintah Vietnam melaporkan kembali 10 kasus infeksi Covid-19 baru dan dua kematian, pada Selasa (4/8). Total kasus di negara yang sebelumnya dinilai berhasil mengendalikan virus, menjadi 652 dengan total kematian delapan orang.

Ibu kotanya, Hanoi mengatakan kehabisan kit pengujian cepat atau rapid test yang digunakan untuk mencegah penyebaran baru. Pengujian yang ditargetkan dan karantina wilayah yang terbilang ketat telah membantu Vietnam dalam mengatasi wabah di awal-awal sebelumnya.

Namun demikian, pemerintahnya kini tengah memerangi gelombang infeksi baru setelah melewati lebih dari tiga bulan tanpa mendeteksi adanya transmisi domestik. Kasus-kasus infeksi positif baru menginfeksi lebih dari 200 orang sejak 25 Juli.

Mayoritas dari kasus-kasus tersebut berasal di pusat kota Da Nang, tetapi telah menyebar ke sekurangnya delapan kota dan provinsi lain. Termasuk juga Hanoi dan Ho Chi Minh City, di mana tempat hiburan ditutup dan kegiatan berkumpul dibatasi untuk mencegah penyebaran virus.

Danang dan Buon Ma Thuot di Dataran Tinggi Tengah sebagai daerah penghasil kopi juga telah dikarantina. Seorang juru bicara pemerintah mengatakan Vietnam tidak merencanakan penutupan secara nasional.

"Lebih dari 88 ribu orang telah kembali ke Hanoi dari Danang sejak 8 Juli, namun hanya 70.689 yang diuji," kata kementerian kesehatan. Dari jumlah yang diuji, hanya dua yang positif.

Menurut media pemerintah, kesenjangan ini disebabkan oleh kurangnya kit test cepat yang digunakan untuk menyaring ribuan penduduk sekaligus. Kementerian kesehatan mengatakan akan menugaskan lembaga medis dan rumah sakit Hanoi untuk meningkatkan kapasitas pengujian.

Rapid test kit, yang dapat mendiagnosis sampel darah dalam hitungan menit. Namun rentan terhadap ketidakakuratan. ALat itu digunakan untuk mengidentifikasi kasus yang berpotensi positif yang kemudian dikonfirmasi dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang lebih akurat dan berbasis swab.

Kepala pabrikan test kit Viet A Corp, Phan Quoc Viet mengatakan dia tidak khawatir dengan stok. "Vietnam tidak kekurangan," kata Viet kepada Reuters. "Kami memiliki cukup untuk dua juta tes PCR dan bersedia memberikan kit yang cukup bagi negara untuk melakukan program pengujian yang luas," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement