Rabu 05 Aug 2020 01:55 WIB

FGII: BDR Harus Berikan Pengalaman Belajar yang Bermakna

Penugasan selama BDR bisa dirancang bervariasi antara tiap daerah.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah siswa belajar bersama saat mengikuti pembelajaran dalam jaringan (daring) di Kompleks Perumahan Makmur Jaya, Drangong, Serang, Banten, Selasa (4/8/2020). Sekumpulan warga setempat yang terhimpun dalam Komunitas Digital Serang (KDS) bekerja sama dengan pengurus lingkungan menyediakan akses internet gratis guna membantu para pelajar dari keluarga kurang mampu mengikuti pembelajaran secara daring.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Sejumlah siswa belajar bersama saat mengikuti pembelajaran dalam jaringan (daring) di Kompleks Perumahan Makmur Jaya, Drangong, Serang, Banten, Selasa (4/8/2020). Sekumpulan warga setempat yang terhimpun dalam Komunitas Digital Serang (KDS) bekerja sama dengan pengurus lingkungan menyediakan akses internet gratis guna membantu para pelajar dari keluarga kurang mampu mengikuti pembelajaran secara daring.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) mencatat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam Belajar dari Rumah (BDR). Ketua Umum FGII Tety Sulastri menjelaskan di dalam BDR pembelajaran perlu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

"Tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum," kata Tety, dalam keterangannya, Selasa (4/8).

Baca Juga

Ia menjelaskan, materi di dalam BDR juga harus difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup. Materi pembelajaran mestinya bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter, dan jenis kekhususan peserta didik.

Tety menambahkan, aktivitas penugasan selama BDR juga bisa bervariasi antara tiap daerah. "Sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR," kata dia menjelaskan.

Ia menambahkan, mengingat kondisi geografis dan sosial ekonomi yang berbeda, keterbatasan sarana prasarana harus dijadikan pertimbangan. Metode luring dengan protokol kesehatan secara ketat bisa dijadikan jalan keluar.

Selain itu, hasil belajar peserta didik selama BDR nantinya perlu diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru. Memberi nilai kuantitatif pada peserta didik menurut FGII tidak diharuskan.

"Pandemi memberikan kita pengalaman hidup baru, semua harus mau belajar baik guru, orang tua, masyarakat maupun pemerintah. Bergotong royong, saling bahu membahu untuk memberikan pelayanan yang terbaik, untuk memberikan ruang kepada peserta didik untuk tumbuh kembang sesuai martabat kemanusiaan," kata dia lagi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement