Selasa 04 Aug 2020 16:08 WIB

Rusak Parah, Rekonstruksi Museum Mosul Butuh Waktu Lebih

Butuh waktu lebih untuk rekonstruksi Museum Mosul.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Rusak Parah, Rekonstruksi Museum Mosul Butuh Waktu Lebih. Foto: Ruang pameran di Museum Mosul yang dirusak pasukan ISIS di Irak
Foto: Thaier Al-Sudani/Reuters
Rusak Parah, Rekonstruksi Museum Mosul Butuh Waktu Lebih. Foto: Ruang pameran di Museum Mosul yang dirusak pasukan ISIS di Irak

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL—Lima tahun lalu, Museum Mosul menjadi berita utama media internasional ketika Kelompok Negara Islam (IS) melancarkan aksinya dan merusak museum kedua terbesar di Irak itu. Dalam rekaman yang dirilis IS, mereka merusak artefak berumur ribuan tahun dengan palu godam.

Direktur Museum Mosul, Zaid al-Obeidi  mengatakan, dalam peristiwa penghancuran itu, patung-patung Asyur dan fragmen-fragmen bertuliskan huruf kuno Sumeria, salah satu sistem penulisan tertua di dunia, diledakkan dengan bahan peledak.

Baca Juga

“Ini adalah kehancuran besar dan kami perlu waktu untuk memperbaikinya, banyak waktu," katanya yang dikutip di Middle East Eye, Selasa (4/8).

Di antara peninggalan Assyria yang hancur adalah dua Lamassu besar (dewa pelindung banteng bersayap) dari kota kuno Asiria Nimrud. Karya-karya komparatif yang pernah berdiri dengan bangga di British Museum, dan di National Museum of Iraq di Baghdad, menarik ribuan pengunjung setiap hari.

“Ada yang menempatkan bahan peledak di antara tembok dan Lamassu, membolongi dinding dan menghancurkannya," kata Obeidi. 

"Mereka melakukan hal yang sama pada pangkalan singgasana raja dari Nimrud, tempat kekuatan ledakan menghancurkan lantai,” tambahnya.

Di dekatnya terletak bongkahan patung singa era Asiria dari Kuil Nimrud di Ishtar, dihiasi ukiran paku yang merinci kehidupan Raja Ashurnasirpal II, yang memerintah dari tahun 883 hingga 859 SM. Bagian belakang patung, yang akan berdiri rata di dinding, juga terukir tulisan.

"Orang-orang Asyur melakukan ini, menurut para ahli, karena mereka berpikir suatu hari kekaisaran mereka akan dihancurkan, jadi mereka menulis di belakang patung-patung, yang tidak terlihat, untuk melestarikan sejarah mereka sepanjang masa," jelas Obeidi.

“Dan mereka benar, itu terjadi persis seperti yang mereka pikirkan. Mereka yang datang setelah Asyur menghancurkan dan membakar monumen mereka. Dan kemudian, ribuan tahun kemudian, IS melakukan hal yang sama,” sambungnya.

Meskipun fragmen yang lebih besar masih terletak di tempat mereka ditemukan pada 2017 selama pembebasan Mosul dari IS, ruang lantai di sekitarnya ditempelkan ke dalam kotak dua meter persegi sebagai bagian dari proses pengumpulan dan pemberian label fragmen untuk memudahkan proses rekonstruksi di masa depan.

“Kami telah mengumpulkan setiap bagian kecil dari setiap kotak, menempatkannya dengan hati-hati di tempat penyimpanan, jadi kami tahu lokasi persisnya,” jelas arkeolog dan konservator setempat Ghassan Sarhan.

“Tujuh bulan yang lalu, kamu tidak bisa berjalan di sini karena ada begitu banyak fragmen yang tersebar di lantai. Tetapi tim penyelamat konservasi telah membersihkan area ini mengikuti aturan warisan penyelamatan internasional, dan telah membersihkan bagian-bagian itu dengan produk-produk warisan dunia yang disetujui,” sambungnya.

Galeri ini sebelumnya memiliki artefak dari situs Warisan Dunia Unesco di Hatra, yang terletak di gurun Irak, 110 km barat daya Mosul dan juga ditempati IS selama tiga tahun. Galeri yang ditampilkan dalam video IS yang dibagikan secara luas menunjukkan sisa kepingan dan puing-puing patung-patung yang berserakan. 

Tetapi ketika staf museum memasuki tempat itu beberapa bulan setelah pembebasan, mereka bukan hanya menemukan pecahan dari kehancuran ini, namun ada beberapa dari mereka yang diduga dicuri.

“Sangat mudah untuk mengatakan dengan kata-kata kapan museum akan dibuka kembali tetapi kenyataannya adalah sangat sulit untuk diprediksi. Secara realistis, kami melihat antara tiga dan lima tahun sebelum museum akan menerima pengunjung lagi," kata Obedi.

“Dibutuhkan hingga tiga tahun untuk merekonstruksi bangunan dan setidaknya tiga tahun terus menerus bekerja untuk merekonstruksi patung-patung yang rusak,” tambahnya.

Konservator Saad Ahmed, yang mengepalai laboratorium konservasi Museum Mosul, memiliki perkiraan yang lebih pesimistis untuk merekonstruksi pameran yang rusak. Dia memperkirakan akan memakan waktu sekitar enam tahun untuk menyelesaikan rekonstruksi hanya dua Lamassu dan singa Ishtar.

Meskipun ada upaya terus menerus oleh staf museum, rekonstruksi belum dimulai pada patung-patung Asiria kuno ini. Bekerja dengan staf Museum Louvre, proyek pertama adalah Ishtar lion, sebuah proyek yang akan dimulai tahun ini tetapi saat ini ditunda karena ketidakpastian atas pembatasan Covid-19 yang potensial.

Sumber:

https://www.middleeasteye.net/discover/iraq-mosul-museum-reconstruction-antiquities

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement