Selasa 04 Aug 2020 04:25 WIB

Angin Kencang Terjang Aceh Selatan, 1 Tewas Tertimpa Pohon

Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap fenomena angin kencang (puting beliung).

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Awan hitam Cumulonimbus bergelayut di langit Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Foto: Antara/Rahmad
Awan hitam Cumulonimbus bergelayut di langit Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana hidrometeorologi masih terjadi hingga awal Agustus 2020. Kali ini angin kencang mengakibatkan satu warga meninggal dunia di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. 

"Warga meninggal setelah tertimpa pohon yang tumbang akibat angin kencang. Kejadian tersebut bersamaan dengan hujan berintensitas sedang. Peristiwa terjadi pada Senin (3/8) pukul 10.40 waktu setempat," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (3/8). 

Selain satu warga meninggal dunia, kata dia, ada satu warga lainnya mengalami luka ringan. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Selatan juga melaporkan enam nelayan hilang saat melaut, sedangkan 2 KK mengungsi ke rumah tetangga. BPBD setempat masih melakukan pendataan korban terdampak pascakejadian. 

"Kerugian materiil masih terus didata oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) Aceh Selatan," katanya.

Kendati demikian, pihaknya mencatat data sementara rumah rusak berat delapan unit dan rusak ringan lima. Dia mengatakan, pantauan di lapangan menunjukkan pohon tumbang di beberapa titik akses jalan. TRC dan dinas terkait segera melakukan penanganan darurat, seperti kaji cepat, pembersihan pohon tumbang, dan pencarian korban yang hilang. 

Sementara itu, dia menyebutkan, angin kencang dirasakan warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan. Sembilan kecamatan tersebut yakni Kecamatan Bakongan, Pasie Raja, Sawang, Meukek, Labuhanhaji, Labuhanhaji Timur, Kluet Utara, Samadua dan Bakongan Timur. 

"Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap fenomena angin kencang atau angin puting beliung," ujarnya.

Ia menambahkan, fenomena yang biasa terjadi saat pergantian musim ini diidentifikasi dengan tanda-tanda, seperti pertumbuhan awan Cumulus. Sehari sebelumnya, ia mengakui udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Diantara awan tersebut, ada satu jenis awan yang batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi mirip bunga kol. Awan tiba-tiba berubah warna dari putih menjadi gelap (awan cumulonimbus). 

"Durasi fase pembentukan awan hingga fase awan lenyap berlangsung paling lama sekitar 1 jam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement