Selasa 04 Aug 2020 03:42 WIB

Bukan Perkantoran, Permukiman Jadi Penularan Corona Tertingg

Klaster (penularan) tertinggi di DKI Jakarta atau Jatim berada di permukiman.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah
Foto: BNPB Indonesia
Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, bukan perkantoran yang menjadi klaster tebanyak penularan Virus Corona SARS-CoV2 (Covid-19). Namun, permukiman penduduk menjadi tempat penularan Covid-19 yang terbanyak, setidaknya di DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim).

"Klaster (penularan) tertinggi di DKI Jakarta atau Jatim berada di permukiman atau local transmission. Artinya ada seseorang yang positif Covid-19 kemudian yang dia tulari adalah keluarganya, lalu keluarganya sudah belanja ke warung, ikut arisan dan menginfeksi orang-orang lain dalam satu wilayah yang sama," kata Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah saat mengisi konferensi virtual, di akun youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema Telaah Pergeseran Pemetaan Zonasi Risiko Nasional Covid-19 di 514 Kabupaten/Kota, Senin (3/8).

Pihaknya menganalisa, terjadinya lokal klaster di wilayah-wilayah itu. Dia menyebutkan, angka penularan Covid-19 tertinggi kedua yaitu di pasar tempat pelelangan ikan. 

Dia mengatakan, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) juga berada di posisi ketiga klaster penularan karena orang yang datang berobat ke tempat telah memiliki gejala dan sakit. 

"Keempat, klaster perkantoran yang juga menyumbang angka penularan karena ketika mulai beraktivitas maka mau tidak mau bertemu dengan banyak orang," ujarnya.

Kelima, rumah ibadah juga menjadi klaster penularan. Sebab, pihaknya menemukan beberapa kasus di tempat ibadah.  

Karena itu, dia tak bosan-bosannya mengingatkan masyarakat menerapkan protokol kesehatan dan meminta masyarakat harus hati-hati. "Ada beberapa aktivitas masyarakat yang lebih hati-hati. Pertama adalah kegiatan sosial, karena kita mulai bertemu banyak orang entah tahlilan, pengajian, pernikahan, lamaran yang sudah mulai banyak," katanya.

Intinya, dia meminta, masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker wajah, menjaga jarak dimanapun baik di rumah ibadah, asrama, pesantren, panti asuhan, pengungsian, apartemen, kos, permukiman padat, pasar, perkantoran, pelayanan kesehatan, hingga transportasi umum, baik KRL, LRT. 

"Tempat-tempat ini jadi contoh orang yang berkumpul dalam jumlah banyak di satu ruangan dalam satu waktu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement