Selasa 04 Aug 2020 16:12 WIB

Dukung PJJ, Kenali Karakter dan Kepribadian Anak

Orang tua perlu memahami gaya belajar anak berdasarkan karakter dan kepribadiannya.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Hannania Muntaz (14), siswi kelas 7E SMPN 4 Yogyakarta mengikuti hari pertama sekolah secara daring dari rumah di Mergangsan, Yogyakarta, Senin (13/7). Hari pertama sekolah di Yogyakarta menggunakan sistem daring. Hal ini imbas dari pandemi Covid-19 yang belum terkendali. Sehingga jadwal kegiatan belajar mengajar secara daring hingga waktu memungkinkan dan aman.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Hannania Muntaz (14), siswi kelas 7E SMPN 4 Yogyakarta mengikuti hari pertama sekolah secara daring dari rumah di Mergangsan, Yogyakarta, Senin (13/7). Hari pertama sekolah di Yogyakarta menggunakan sistem daring. Hal ini imbas dari pandemi Covid-19 yang belum terkendali. Sehingga jadwal kegiatan belajar mengajar secara daring hingga waktu memungkinkan dan aman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama masa pembelajaran jarak jauh (PJJ), penting membangun komunikasi efektif antara orang tua dan anak. Setidaknya, orang tua dapat lebih mengerti, bahkan lebih bijak menghadapi dan mendukung anaknya dalam belajar.

Orang tua harus mengetahui kepribadian anak dan menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan karakteristik anak. Psikolog keluarga Ajeng Raviando mengatakan, manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda dan unik.

Baca Juga

Menurut Ajeng, karakter atau kepribadian manusia bisa dipelajari. Manusia kadang memiliki kesamaan karakter antara satu dengan yang lainnya.

Ajeng menjelaskan kepribadian manusia telah dikaji dan dirangkum menjadi empat jenis. Keempatnya masuk dalam teori proto-psikologis, di mana teori itu dibagi lagi menjadi empat tipe kepribadian mendasar, yaitu Sanguinis (hidup, optimis, ringan, dan riang), Koleris (cerdas, analitis, logis, dan sangat praktis), Melankolis (analitis, bijak dan tenang), dan Plegmatis (santai dan cinta damai).

"Tentunya, setiap kepribadian ada plus minusnya, misal koleris orangnya agak pemarah. Sanguinis ramah, tapi labil. Melankolis perasa dan plegmatis kurang berani bersuara," kata Ajeng dalam perayaan Hari Anak Nasional (HAN) bersama Frisian Flag Indonesia (FFI) Juli lalu.

Ajeng mengatakan, tidak ada ukuran baku mana katakter yang ideal. Setiap karakter bisa didorong untuk mencoba mengevaluasi kekurangannya.

Contohnya, karakter sangunis bisa dipahami sebagai emosi yang labil. Artinya, dapat dibantu lebih stabil.

Lalu karakter koleris dapat dibantu lebih sabar. Anak melankolis dapat dibantu diberikan data-data karena mereka cenderung pengobservasi ulung.

"Lalu, anak plegmatis bisa didorong lebih berani berpendapat, tidak takut salah," kata Ajeng.

Di luar itu, Ajeng menyarankan agar orang tua tetap memaklumi karakter tiap anak. Terlebih, karakter anak juga dapat berkembang seiring waktu.

"Diharapkan orangtua dapat mengenali dan menyesuaikan sistem pengajaran sesuai dengan karakteristik anak, agar dapat menciptakan sistem pengajaran di rumah yang menyenangkan dan membawa kegembiraan bagi anak-anak," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement