Senin 03 Aug 2020 11:30 WIB

Model Pendidikan Profetik Nabi Ibrahim AS (1)

Nabi Ibrahim bersikap demokratis dan komunikatif kepada anak.

Model Pendidikan Profetik Nabi Ibrahim AS (1)
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Model Pendidikan Profetik Nabi Ibrahim AS (1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof. Thomas Lickona seorang guru besar pada Cortland University di Amerika, mengajukan 10 ciri/tanda zaman yang membawa suatu bangsa kepada kehancuran:

  1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja dan masyarakat.
  2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang semakin memburuk.
  3. Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.
  4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alcohol dan seks bebas.
  5. Semakin kaburnya pedoman moral.
  6. Menurunnya etos kerja.
  7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
  8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok.
  9. Membudayanya kebohongan dan ketidakjujuran.
  10. Adanya rasa saling curiga dan kebencian antarsesama.

Bagaimana fenomena yang terjadi di negara kita, msyarakat dan keluarga kita, apakah ada ciri ciri di atas. Dalam kondisi pandemi covid 19 ini bagaimana yang terjadi dengan keluarga dan anak anak kita. Mari kita gunakan dan ambil ibrah kondisi pandemi covid 19 ini untuk memperbaiki pola Pendidikan yang ada di keluarga kita dengan mencontoh dari pola Pendidikan profetik pada Nabi Ibrahim AS. Mengapa mencontoh dari Pola Nabi Ibarim AS, karena Allah pun berfirman bahwa Nabi Ibrahim adalah suri tauladan bagi kita. Seperti dalam firman Allah  QS. Al Mumtahanah :4

Baca Juga

{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ}

"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya," (Al-Mumtahanah). Pilar-pilar dalam Pendidikan profetik Nabi Ibrahim AS yang bisa kita teladani dan kita terapkan dalam kehidupan kita adalah, sebagai berikut.

 

Memilih istri yang salehah daripada sekadar kecantikan dan kekayaan

Ibrahim bersedia menikahi Siti Hajar, perempuan yang amat sederhana, berstatus budak, berkulit hitam, bukan berparas cantik dan bukan pula kaya raya. Hajar adalah hamba yang beriman, taat, berhati mulia, dan berakhlak terpuji. Ibrahim termasuk orang yang mengedepankan istri karena keimanan dan kemuliaan akhlaknya meskipun hanya seorang budak. Dengan memilih calon ibu yang baik agamanya dan taat kepada Allah, maka akan bias mendidik putra putranya dengan akidah yang kuat, ibadah yang bagus dan akhlaq yang mulia.

Berdoa agar dikaruniai anak saleh

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Ash-Shaffat : 100)

Doa ini mengajarkan untuk mendidik anak tidak bisa dengan usaha belaka atau hanya  sekedar mengandalkan kemampuan pribadi kita,tetapi butuh kepasrahan jiwa memohon pertolongan-Nya. Merutinkan dan tetap beristiqamah di dalam doa adalah wujud kepasrahan diri sebagai hamba yang lemah tanpa kuasa dari Allah. Sehingga jangan pernah lelah dan berputus asa dalam doa.

Teladan bagi anak-anak dan keluarganya

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ

"Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji." (Surat Al-Mumtahanah Ayat 6).

Dalam perkembangan psikologinya, anak cenderung meniru (imitatif) orang-orang sekitarnya, terutama dari orang tua. Di sinilah diperlukan keteladanan orang tua, baik soal keimanan, ketaatan beribadah, sikap, maupun perilaku sehari-hari. Apa yang dilakukan oleh orang tua, akan ditiru oleh putra putranya, sehingga jangan sampai yang ditiru anak adalah perilaku perilaku yang negative. Mari kita selalu berintrospeksi diri. Jika ada kesalahan pada diri anak, jangan buru-buru menyalahkan anak. Tapi lihatlah diri kita, apa yang salah dengan diri kita.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement