Senin 03 Aug 2020 09:24 WIB

Pandemi Bisa Bikin Kasus Hepatitis A Turun, Hepatitis B Naik

Hepatitis A penularannya dari makanan.

Sejumlah pengelola restoran dan pusat jajanan menerapkan protokol kesehatan ketat seperti pembatas di meja makan dan pengaturan jarak meja guna mencegah penyebaran Covid-19. Kasus hepatitis A bisa turun ketika orang lebih sering mengonsumsi makanan rumahan.
Foto: M Agung Rajasa/ANTARA FOTO
Sejumlah pengelola restoran dan pusat jajanan menerapkan protokol kesehatan ketat seperti pembatas di meja makan dan pengaturan jarak meja guna mencegah penyebaran Covid-19. Kasus hepatitis A bisa turun ketika orang lebih sering mengonsumsi makanan rumahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter memperkirakan pandemi Covid-19 yang masih terjadi bisa membuat penyakit hepatitis A berkurang. namun berisiko meningkatkan potensi penyakit hepatitis B di kemudian hari. Itu bisa terjadi lantaran target cakupan imunisasi yang tak tercapai.

Dokter Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Irsan Hasan SpPD-KGEH mengatakan, kemungkinan menurunnya penyakit hepatitis A dikarenakan pola hidup masyarakat yang lebih sehat saat pandemi. Hepatitis A yang merupakan penyakit peradangan hati akibat bakteri bisa menginfeksi manusia bila tidak menjalankan pola hidup bersih dan sehat.

Baca Juga

"Bakteri atau parasit yang menyebabkan hepatitis A masuk ke tubuh melalui mulut ketika seseorang mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi," jelas Irsan dalam keterangannya pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia melalui telekonferensi virtual di Kementerian Kesehatan Jakarta, Juli lalu.

Kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A kerap terjadi di suatu daerah ketika ada sumber makanan yang tercemar dan banyak dimakan oleh kelompok masyarakat. Namun, menurut Irsan, kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengonsumsi masakan rumahan mengurangi terjadinya penularan penyakit hepatitis A.

 

"Hepatitis A penularannya dari makanan. Dengan adanya bekerja dari rumah, orang lebih sering makan di rumah jadi lebih bersih, kemungkinan kasus hepatitis A turun," kata Irsan.

Sementara itu, penyakit hepatitis B merupakan peradangan hati yang diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, alkohol, obat-obatan, dan lemak yang berlebih di hati. Hepatitis B bisa menular secara horizontal dengan cara transfusi darah, jarum suntik, atau hubungan seksual.

Akan tetapi, kasus paling banyak atau sekitar 80 persen penularan hepatitis B terjadi dari ibu hamil kepada anak yang dikandungnya. Pencegahan penularan hepatitis B tersebut dilakukan dengan cara deteksi dini penyakit hepatitis B bagi ibu hamil dan imunisasi kepada bayi baru lahir dan dilanjutkan hingga tiga kali.

Menurut Irsan, pandemi membuat sebagian besar masyarakat menjadi takut datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya cakupan imunisasi dan anjloknya capaian deteksi dini hepatitis B bagi ibu hamil.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil tahun 2019 secara total yaitu 2.576.950 pemeriksaan, sedangkan hingga triwulan dua tahun 2020 pemeriksaan tersebut baru mencapai 724.497 pemeriksaan.

Sedangkan untuk cakupan imunisasi hepatitis untuk anak baru lahir (HB-0) pada periode Januari hingga Juni baru 40 persen. Padahal, seharusnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir diikuti imunisasi hepatitis B 1, 2, dan 3 harus mencapai 80 hingga 90 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement