Senin 03 Aug 2020 05:44 WIB

Ode untuk Marcelo Bielsa!

Kini, hari-hari bahagia untuk Leeds United dan para pendukungnya telah tiba.

Pelatih Leeds United Marceloa Bielsa.
Foto: Dok. Epa
Pelatih Leeds United Marceloa Bielsa.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anggoro Pramudya

YORKSHIRE -- 'El loco está de vuelta', si gila (Marcelo Bielsa) telah kembali. Sang mahaguru, resmi menangani Leeds United untuk menggantikan Paul Heckingbottom 15 Juni 2018. Hasilnya, Bielsa sukses membawa Leeds meroket ke posisi atas klasemen Divisi Championship Inggris.

Baca Juga

Dengan gaya sepak bola atraktif dan sentuhan midas entrenador berusia 65 tahun, butuh waktu dua musim bagi Bielsa mengembalikan habitat asli tim asal West Yorkshire untuk mejeng di pentas elit kompetisi Liga Primer Inggris musim 2020/2021 mendatang.

Lantas apa keistimewaan pria paruh baya ini sampai dikultuskan, sebagai mahaguru Josep Guardiola, dan beberapa pelatih elit dunia seperti Zinedine Zidane dan Mauricio Pochettino. 'El Loco' atau si Gila, julukan Bielsa, memang predikat yang melekat pada sosok berkebangsaan Argentina ini. Bukan tanpa alasan bila namanya menjadi suatu mazhab dalam sepak bola, yakni 'Bielsista'.

Tak ayal di tempat asalnya, Rosario, Bielsa kerap disebut sebagai manusia setengah dewa. Caranya memandang sepak bola sedemikian detail. "Saya tak percaya bahwa kesuksesan dan kebahagian adalah sinonim. Ada orang sukses yang tak bahagia, serta ada pula orang tak perlu sukses untuk bahagia. Namun, kewajiban seorang manusia adalah meningkatkan peluang mereka untuk bahagia," jelas Bielsa beberapa waktu lalu.

Saat ini, pragmatisme ala Jose Mourinho adalah syarat bagi lebarnya senyum investor dan kelegaan para suporter. Sebaliknya sepak bola ofensif dianggap suatu kesia-siaan jika hanya membuat tim sering kebobolan dan tak mendatangkan trofi, dan Guardiola menyuguhkan hal itu. Alhasil, kiprah Guardiola tak akan menarik minat Bayern Muenchen, pun Manchester City jika Curriculum Vitae (CV) tidak mentereng. 'Tiki-taka' tidak akan menjadi kosa kata populer apabila taktik tersebut tidak berbuah piala.

Namun, Bielsa, dengan anggun, menancapkan pengaruhnya bukan lewat jaminan trofi. Ia telah menjadi sosok underrated dan hanya diidolakan oleh segelintir orang, termasuk tim yang kini dibesutnya (Leeds). Representasi Bielsa hanya bisa diilhami oleh banyak orang Cile, klub kota kelahirannya Argentina Newell's Old Boys, kota Basque Spanyol, klub semenanjung Prancis Marseille, dan Leeds United. 

Karenanya bagi penggila trofi, nama Bielsa mungkin sulit diingat, layaknya Zdenek Zeman, dan Gianpiero Gasperini. Ia tak bergemilang gelar seraya Pep Guardiola, Zidane, Carlo Ancelotti, pun Sir Alex Ferguson. Namun, bukan tanpa alasan jika majalah berpengaruh France Football menempatkannya sebagai satu dari 50 pelatih terbaik sepanjang masa. Pasalnya, disamping gelontoran banyak trofi, salah satu syarat untuk masuk ke jajaran elite pelatih dunia adalah pengaruh besar dan warisan yang ditinggalkan untuk permainan sepak bola.

Kini, hari-hari bahagia untuk Leeds United dan para pendukungnya telah tiba. Klub yang bermarkas di Elland Road itu akhirnya berhasil kembali merebut tempatnya di Liga Primer Inggris setelah 16 tahun berkutat di kasta kedua dan ketiga sepak bola Negeri Ratu Elisabeth. Bagi Leeds, Bielsa lebih dari sekadar pelatih sepak bola. 

Anthony Clavane, pundit olahraga asal Inggris sempat menggambarkan bahwa kedisiplinan, metode latihan yang revolusioner, permainan atraktif The Peacokcs yang kemudian diiringi sikap simpatik dan rendah hati dari keseharian Bielsa, disebutnya mampu membawa gairah dan menyatukan penduduk kota.

Para penduduk mencintai tim ini, menggubah chant dan lagu untuknya. Begitu terpesona melihat 'work of wonder' yang Bielsa lakukan kepada kesebelasan yang satu setengah dekade silam luluh lantak akibat ambisi presiden klub bernama Peter Ridsdale.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement