Sabtu 01 Aug 2020 14:11 WIB

Pelaut Islam Kapal Washington Boleh Berjenggot Lebih Panjang

Kapal Washington bolehkan pelautnya yang Islam berjenggot lebih panjang.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Pelaut Islam Kapal Washington Boleh Berjenggot Lebih Panjang. Foto ilustrasi: Pria berjenggot lebih maskulin dibanding yang tidak (Ilustrasi)
Foto: Boldsky
Pelaut Islam Kapal Washington Boleh Berjenggot Lebih Panjang. Foto ilustrasi: Pria berjenggot lebih maskulin dibanding yang tidak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam sebagian besar karirnya selama empat tahun di Angkatan Laut, Pelaut muslim, Leo Katsareas hanya diizinkan menumbuhkan jenggot seperempat inci. Akan tetapi Katsareas percaya iman Islamnya menyatakan bahwa dia harus mempertahankan keyakinan dengan jenggot panjang.

Saat ini Katsareas ditugaskan di USS George Washington, yang berpusat di Norfolk. Ia dapat menjalankannya sambil tetap melayani. Dia baru-baru ini diberikan akomodasi perawatan khusus, yang memungkinkan dia menumbuhkan jenggot hingga empat inci untuk saat ini. Namun ini bisa jadi akan berubah.

Baca Juga

"Sudah terlalu lama, pelaut seperti saya harus memilih antara melayani negara kami dan mengekspresikan keyakinan agama kami yang dipegang teguh," kata Katsareas, dilansir dari laman Stars Stripes, Sabtu (1/8).

"Mengakui dan menghargai keragaman pandangan agama bangsa kita, tercermin dalam para pelautnya, akan menghasilkan Angkatan Laut yang lebih kuat dan lebih baik. Itu kemenangan untuk semua orang," lanjut dia.

Seorang pengacara dengan Becket Fund for Religious Liberty, Eric Baxter membantu Katsareas mendapatkan dapatkan surat pernyataan banding. Dia mengatakan, bahwa penting bagi militer Amerika Serikat (AS) untuk mengizinkan pria dan wanita berseragam dengan hak yang sama dengan warga negara lain, kecuali jika hal itu secara langsung menimbulkan ancaman.

"Ada kesalahpahaman umum bahwa orang yang beragama hanya membuat pilihan tentang apa yang harus dilakukan. Yang benar adalah, ketika seseorang memiliki keyakinan agama, mereka merasa terdorong untuk mematuhi kewajiban agama. Mereka merasakan luka yang dalam jika mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang mereka yakini panggilan Tuhan untuk mereka lakukan. Rasanya merendahkan tidak ada pengakuan perbedaan agama dan kemauan yang lebih besar untuk mengakomodasi itu," ucap Baxter.

Dalam situs web Becket Fund, disebutkan Katsareas merupakan penduduk asli Australia dan masuk Islam saat remaja. Dia jatuh cinta pada sejarah Amerika, prinsip-prinsipnya, dan khususnya komitmennya terhadap kebebasan. Kemudian Katsareas datang ke AS delapan tahun lalu.

Baxter mengatakan, kliennya telah berjuang untuk mendapatkan keringanan yang sesuai semenjak bergabung dengan Angkatan Laut pada 2016. Namun ia sering harus memulai dari awal lagi ketika dipindahkan.

Permintaan akomodasi khusus terakhirnya pada awalnya ditolak pada musim semi ini. Saat itulah ia pergi ke Becket Fund, yang telah membantu mereka di cabang militer lainnya dengan permintaan serupa. Angkatan Udara mulai memberikan akomodasi tahun lalu, dan Angkatan Darat membuatnya lebih mudah untuk mendapatkannya beberapa tahun sebelumnya.

"Angkatan Laut adalah yang paling ketat," kata Baxter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement