Sabtu 01 Aug 2020 06:38 WIB

Pelajaran dari Episode Perjalanan Nabi Ibrahim

Dalam berdoa, Nabi Ibrahim menyebut nama anaknya satu per satu.

Berdoa (Ilustrasi). Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat rajin berdoa  dan doa-doanya diabadikan di dalam Alquran.
Foto: Republika
Berdoa (Ilustrasi). Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat rajin berdoa dan doa-doanya diabadikan di dalam Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh KH Ahmad Jamil MA

Kalau kita baca dan pelajari kisah-kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya di dalam Alquran, ada banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik dari setiap episode perjalanan Nabi Ibrahim as. 

Pertama,  tentang harapan dan doa. Bahwa sekalipun beliau adalah nabi dan rasul, termasuk ulul 'azmi, dan bahkan mendapat julukan “kesayangan Allah” atau khalilullah, beliau adalah seorang nabi yang selalu berdoa. Bahkan doanya banyak diabadikan di dalam Alquran.

Tentu saja Nabi Ibrahim  menyadari sepenuhnya, bahwa beliau tetaplah manusia, tetaplah makhluk Allah, yang sejatinya tidak punya kuasa. Kesadaran akan keberadaan diri yang sejatinya tak miliki kuasa, mendorong seseorang untuk terus-menerus mendekati Allah Yang Mahakuasa.

Doa dengan sepenuh pengharapan, adalah jalan mendekati Allah. Doa, sebagaimana telah maklum, adalah intisari ibadah, dan ibadah adalah bukti penghambaan diri yang paling paripurna. Doa, juga adalah wujud kepasrahan dan ketergantungan kita kepada Allah. Oleh karenanya, doa yang benar, tidak dapat dilakukan oleh seseorang yang di dalam hatinya ada sombong (kibr).

Selain itu, Nabi Ibrahim as bahkan mengajarkan  kepada kita tentang bagaimana berdoa. Semisal dalam doanya, Nabi Ibrahim as menyebut-nyebut nama kedua puteranya. Kita, yang misalnya adalah orang tua bagi anak-anak kita, hendaknya jangan sampai terlewat mendoakan setiap masing-masing anak kita. Sebut nama mereka satu per satu, berikut harapan khusus kita buat masing-masing mereka. Boleh jadi, masing-masing anak kita memiliki cita-cita berbeda, harapan masa depan yang tidak sama, sehingga di sanalah doa-doa khusus kita sebutkan.

Selain tentu saja secara jamak, kita doakan semuanya menjadi pribadi anak-anak yang saleh, taat, ahli ibadah dan kebaikan, dijaga iman-islamnya, hafizh dan hafizhah Alquran, dapat memahami agama dengan baik, memiliki ilumu manfaat, sehat jasmani ruhani, dan selamat dunia akhirat, serta banyak lagi doa lainnya yang dipanjatkan dalam bentuk jamak.

Kedua, Nabi Ibrahim as adalah pribadi yang pandai bersyukur. Syukur, adalah teman seiring-sejalan yang ideal bagi doa. Sebagaimana diinformasikan oleh ayat ke 39 Q.S. Ibrahim, Nabi Ibrahim as berucap syukur atas anugerah yang Allah berikan kepadanya, berupa Ismail dan Ishak. Bagi sebagian kita yang “relatif mudah” memilki anak keturunan, sangat mungkin anugerah ini kemudian kurang dirasakan dan kurang disyukuri. Nabi Ibrahim as mengajarkan kita untuk bersyukur atas anugerah anak keturunan.

Ketiga,  sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim as sangat memerhatikan urusan akidah. Perhatian serius Nabi Ibrahim as terkait akidah anak keturunannya, sekali lagi, diungkapkan melalui jalur doa kepada Allah. Di dalam doanya, Nabi Ibrahim as meminta-minta kepada Allah agar anak keturunannya tidak menghamba kepada selain Allah. Selain itu, sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim as juga meminta betul kepada Allah, agar dirinya dapat menjadi teladan dalam urusan shalat dan berharap agar anak keturunan menjadi ahli shalat. 

Lebih dari itu, bahkan di saat genting, di saat serba sulit, di kala Nabi Ibrahim as hendak meninggalkan istri dan anaknya yang masih balita, di sebuah lembah nan tandus tak berpepohonan, di sisi Baitullah alimuharrom, yang beliau minta pertama bukanlah perlindungan, bukan rezeki berupa makanan, bukan pula belas kasihan dan kasih sayang dari orang lain.

Namun yang menjadi konsentrasinya justeru urusan shalat, dengan rintihan doanya: "robbana liyuqimush sholah". Barulah kemudian Nabi Ibrahim as meminta kepada Allah perihal lain, yakni perlindungan dan rezeki. Yang kembali patut menjadi perhatian adalah bahwa keseluruh doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim tersebut, dibalut dengan doa: la'allahum yasykurun, yakni harapan agar dengan semua anugerah tersebut, kemudian menjadi orang-orang yang pandai bersyukur.

Keempat, dalam posisinya sebagai anak, Nabi Ibrahim tak lupa mendoakan orang tuanya (Q.S. Ibrahim: 41). 

Kelima, sebagai seorang pemimpin umat dan makhluk sosial, beliau tidak egois, dan menunjukan patriotismenya dengan mendoakan negerinya (Mekkkah) agar menjadi negeri yang aman, damai, subur dan makmur (Q.S. Al-Baqarah: 126 dan Q.S. Ibrahim: 35). Selain itu, Nabi Ibrahim as memintakan ampunan kepada Allah untuk seluruh kaum mukminin (Q.S. Ibrahim: 41).

Telah terpampang jelas di hadapan kita, sekelumit teladan dari seorang khalilullah, Nabi Ibrahim as. Jika kita adalah seorang anak, semoga kita dapat meniru laku Ibrahim as dalam posisinya sebagai anak. Jika kita adalah seorang ayah (orang tua), kita pun semoga mampu meniru Nabi Ibrahim as yang juga adalah seorang ayah. Dan jika pun kita adalah seorang pemimpin, atau yang hidup di tengah masyarakat, semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk meneladani beliau. Amin ya robbbal 'alamiin. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement