Jumat 31 Jul 2020 17:22 WIB

Ekonomi Korut Tumbuh Pertama Kalinya Sejak 3 Tahun Terakhir

Ekonomi Korea Utara tumbuh dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang lebih baik

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Esthi Maharani
Pemandangan daerah Gaepung-gun di sisi Korea Utara dari Zona Demiliterisasi (DMZ)
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Pemandangan daerah Gaepung-gun di sisi Korea Utara dari Zona Demiliterisasi (DMZ)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Ekonomi Korea Utara mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya sejak tiga tahun terakhir pada 2019. Kondisi cuaca lebih baik yang meningkatkan hasil panen menjadi faktor utamanya. Meski demikian, sanksi yang diberlakukan untuk menghentikan ambisi nuklir Korut membuat output pabrik tetap lemah.

Pada Jumat (31/7), Bank Sentral Korea Utara (BOK) mencatat, Produk Domestik Bruto (PDB) di Korea Utara pada tahun lalu naik 0,4 persen secara riil dibandingkan 2018. Situasi ini jauh membaik, mengingat pada 2018, Korea Utara mengalami kontraksi terbesar dalam 21 tahun. Saat itu, ekonomi menyusut 4,1 persen karena kekeringan dan sanksi.

Seperti dilansir di Reuters, Jumat, Korea Utara sudah berada di bawah sanksi Amerika Serikat (AS) sejak 2006 terhadap rudal balistik dan program nuklirnya. Dewan Keamanan AS telah melakukan tindakan keras dalam beberapa tahun terakhir.

Seorang pejabat BOK mengatakan, sanksi yang diterapkan tersebut sudah membaik sejak akhir 2017. Di sisi lain, kondisi cuaca kini sudah lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Ini membantu meningkatkan output dari sektor pertanian," ujarnya.

BOK mengatakan, output dari pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyumbang sekitar seperlima dari ekonomi Korea Utara meningkat 1,4 persen pada tahun lalu. Sedangkan, produksi industri turun 0,9 persen, menyusul penurunan 12,3 persen pada 2018.

Volume perdagangan Korea Utara pun melonjak 14,1 persen pada 2019 karena ekspor barang-barang yang tidak dikenakan sanksi seperti sepatu, topi dan wig meningkat 43 persen, kata BOK.

Meski begitu, masih terlalu dini untuk mengatakan ekonomi Korea Utara dalam pemulihan. Sebab, volume perdagangan dalam beberapa tahun terakhir masih 50 persen dari tingkat yang biasanya diperoleh sebelum sanksi internasional berlaku.

Pejabat BOK menyebutkan, perdagangan Korea Utara diperkirakan akan memburuk secara signifikan tahun ini. Pasalnya, pandemi Covid-19 akan membatasi pengiriman ke Cina, mitra dagang terbesarnya yang menyumbang lebih dari 90 persen dari total perdagangan Korea Utara.

Pada 2016, ekonomi Korea Utara sempat tumbuh 3,9 persen, yang menjadi laju tercepat dalam 17 tahun. Namun, pada dua tahun berikutnya, ekonomi mengalami kontraksi tajam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement