Jumat 31 Jul 2020 14:54 WIB

Protokol Kesehatan Bukan Penghalang Khusyuknya Sholat Id

Manusia mesti bisa mengambil hikmah daro pandemi Covid-19.

Protokol Kesehatan Bukan Penghalang Khusyuknya Sholat Id. Umat muslim menunaikan ibadah Shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Jami Annur, Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (31/7/2020). Umat muslim di kota Bekasi bebas melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19 dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Foto: Paramayuda/ANTARA
Protokol Kesehatan Bukan Penghalang Khusyuknya Sholat Id. Umat muslim menunaikan ibadah Shalat Idul Adha 1441 H di Masjid Jami Annur, Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (31/7/2020). Umat muslim di kota Bekasi bebas melaksanakan shalat Idul Adha secara berjamaah di tengah pandemik COVID-19 dengan memperhatikan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof KH Zainal Abidin mengemukakan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, bukanlah penghalang khusuknya jamaah melaksanakan sholat Idul Adha 1441 Hijriyah.

"Suasana Idul Adha yang kita rayakan hari ini, memiliki nuansa yang berbeda dari hari raya Idul Adha tahun lalu. Ada batasan-batasan protokol kesehatan yang harus kita jaga, semoga hal itu tidak mengurangi kekhusyukan ibadah shalat Id serta semangat kita menjalankan ritual qurban," katanya saat bertindak sebagai khatib dalam pelaksanaan shalat Idul Adha di Lapangan Vatulemo, Kota Palu, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Palu, Jumat (31/7).

Baca Juga

Dalam khutbahnya yang berjudul Refleksi Semangat Idul Qurban dalam Memperkokoh Imunitas Sosial, Prof Zainal menyebut Idul Adha sejatinya merupakan kontinuitas jalan kesalehan sosial spiritual dari Idul Fitri. "Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari ketulusan berkorban, kerendahhatian untuk melakukan refleksi historis dalam mengenang perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail," ujar Prof Zainal.

Dunia saat ini tengah menghadapi krisis akibat virus Covid-19, virus yang penyebarannya begitu cepat. Hanya dalam hitungan hari, Covid-19 telah menjangkau sebagian besar penjuru bumi, telah menginfeksi jutaan orang dan merenggut ratusan ribu jiwa di seluruh dunia.

Sebagai orang beriman, sudah semestinya kita dapat memetik pelajaran dari semua ini. Pertama, manusia dengan segala kemampuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi yang dimilikinya ternyata tidak berdaya menghadapi makhluk Tuhan yang 'super kecil' bernama virus corona.

Pernyataan itu mengutip Firman Allah yang berbunyi "Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari nyamuk. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberiNya petunjuk. Tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,".

Kedua, musibah ini mengajarkan betapa pentingnya menjalin kebersamaan, karena satu-satunya cara efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19 adalah kesadaran bersama untuk mematuhi protokol kesehatan. Ketiga, yang dapat dipetik dari musibah pandemi corona ini, bahwa bagi orang beriman musibah ini menunjukkan kecintaan Allah SWT.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement