Kamis 30 Jul 2020 20:56 WIB

Peneliti Sebut Bauran Energi Sulit Terwujud tanpa PLTN

Peneliti sebut EBT agak sulit untuk ditarget 23 persen tanpa energi nuklir.

Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Unggul Priyanto mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) jangan menjadi alternatif terakhir sumber energi. Sebab, kebutuhan listrik masa depan akan bertambah sehingga PLTN dapat mendukung dalam bauran energi nasional.

"Kalau kita mau ganti peranan fosil besar-besaran di pembangkit listrik yang sekarang didominasi batu bara, maka sekarang yang mampu untuk menggantikan hanya nuklir," kata dia, dalam seminar virtual, Jakarta, Kamis (30/7).

Baca Juga

Unggul yang pernah menjabat sebagai Kepala Batan periode 2014-2018 juga mengatakan target energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada bauran energi nasional pada 2025 juga sulit dicapai. "EBT agak sulit mau target 23 persen tanpa energi nuklir," ujarnya.

Unggul menuturkan ke depan kebutuhan akan listrik akan semakin tinggi seiring upaya Indonesia menjadi negara maju. Konsekuensinya, kegiatan industri perlu ditopang dan kebutuhan listrik bertambah termasuk untuk rumah tangga dan komersial.

Sementara, energi listrik Indonesia yang saat ini masih didominasi dengan energi fosil juga tidak akan bisa lama bertahan. Sebab, fosil seperti batu bara lambat laun akan habis.

Unggul menuturkan jika beralih pada transportasi berbasis listrik, maka kebutuhan listrik juga akan makin bertambah. Dengan begitu, perlu didukung pasokan listrik yang berkelanjutan dan tidak tergantung pada impor di masa depan.

Unggul menuturkan Indonesia sudah perlu waspada karena sudah menjadi net importer minyak sejak 2003. Indonesia diperkirakan menjadi net importer gas pada 2025, dan net importer batu bara pada 2049.

Untuk itu, pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi pilihan yang seharusnya sudah dipikirkan secara serius untuk dikembangkan segera karena kebutuhan listrik bertambah di masa depan menjadi satu hal yang tidak bisa dihindari.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement