Kamis 30 Jul 2020 16:37 WIB

Inggris Pertimbangkan Kembali Lockdown

Inggris mengkahwatirkan gelombang kedua penularan virus corona di Eropa

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi) Inggris mempertimbangkan kembali lockdown karena khawatir gelombang kedua wabah Covid-19
Foto: Andi Rain/EPA-EFE
Tampak bendera Inggris atau Union Jack. (ilustrasi) Inggris mempertimbangkan kembali lockdown karena khawatir gelombang kedua wabah Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, menyatakan kekhawatiran tentang gelombang kedua infeksi virus corona di Eropa, Kamis (30/7). Pemerintah tidak akan ragu untuk bertindak untuk mengembalikan karantina wilayah jika diperlukan. 

"Saya khawatir tentang gelombang kedua. Saya pikir Anda dapat melihat gelombang kedua mulai bergulir di seluruh Eropa, dan kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk mencegahnya mencapai pantai-pantai ini, dan untuk mengatasinya," kata Hancock. 

Baca Juga

Inggris pekan lalu memberlakukan kembali masa karantina 14 hari pada orang yang datang dari Spanyol. Hanya saja, Hancock mengatakan, beberapa negara Eropa lain yang saat ini dibebaskan dari tindakan karantina ketika memasuki Inggris malah membuat peningkatan infeksi. 

“Kami memiliki keprihatinan signifikan tentang gelombang kedua yang datang di Eropa. Dan itu bukan hanya Spanyol ... tetapi ada negara-negara lain juga di mana jumlah kasus meningkat. Dan kami benar-benar bertekad untuk melakukan segala yang kami bisa untuk menjaga keamanan negara ini," kata Hancock. 

Hancock mengatakan, pihak berwenang sedang berupaya untuk mempersingkat periode karantina bagi orang-orang yang datang dari Spanyol. Namun, hingga saat ini tidak ada perubahan yang diterapkan. 

"Kami sedang mengerjakan apakah dengan menguji orang selama karantina itu aman untuk kemudian dapat membebaskan mereka lebih awal...Tapi kami tidak segera mengumumkannya," kata menteri kesehatan tersebut.

Hancock menjelaskan, pekerjaan memastikan kesehatan dalam wabah ini belum selesai. Tugas tersebut berakhir ketika segala sesuatu telah aman dan pemerintah Inggris berjanji tidak akan melakukan perubahan sebelum semua terkendali. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement