Kamis 30 Jul 2020 01:25 WIB

Bappenas: Semua Negara akan Alami Resesi

Krisis yang disebabkan oleh pandemi jauh lebih besar dibandingkan krisis ekonomi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Andri Saubani
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Bambang Prijambodo memperkirakan semua negara akan masuk ke jurang resesi akibat terdampak pandemi Covid-19. Menurutnya krisis yang disebabkan oleh pandemi jauh lebih besar dibandingkan krisis ekonomi.

"Semua negara di dunia mengalami penurunan dan resesi, bukan saja resesi dangkal tapi juga sangat dalam," kata Bambang dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (29/7)

Baca Juga

Bambang mengatakan, pandemi Covid-19 sudah membuat berbagai negara di dunia harus melakukan pembatasan sosial dalam berbagai bentuk. Akibatnya, aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia saat ini masih relatif turun meskipun ada perbaikan di bulan Juni lalu.

Kontraksi ini sudah terlihat di berbagai negara, seperti China yang pada kuartal I turun 6,8 persen kemudian kembali pulih pada kuartal II meskipun hanya di angka 3,2 persen. Kontraksi juga terjadi di Singapura yang mengalami penurunan tajam hingga 12,6 persen. Sedangkan Korea juga kontraksi sekitar 3,2 persen pada kuartal II.

 

Menurut Bambang, pandemi tetap menyebabkan ketidakpastian yang cukup besar hingga saat ini. Adapun, risiko terbesar yang masih membayangi yaitu gelombang kedua peningkatan kasus setelah relaksasi pembatasan sosial dilakukan.

Sementara di Indonesia, Bambang memperkirakan, pertumbuhan negatif juga akan terjadi pada kuartal II. Meski demikian, Bambang optimistis, kondisi akan semakin membaik di kuartal selanjutnya.

"Pemerintah saat ini sedang mencoba agar di kuartal III dan IV bisa mencapai angka yang positif meskipun tidak besar namun tidak resesi," tutur Bambang.

Bambang mengakui, pandemi Covid-19 telah menyebabkan perlambatan yang cukup dalam pada konsumsi masyarakat. Sektor konsumsi sendiri berkontribusi sebesar 56 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sehingga pengaruhnya cukup besar.

Selain itu, Bambang menambahkan, perlambatan yang cukup besar juga terjadi pada aktivitas investasi. Kegiatan impor barang modal, bahan baku dan berbagai kegiatan investasi lainnya termasuk purchasing manager indeks mengalami penurunan yang cukup dalam.

Menurut Bambang, pemerintah saat ini sedang memprioritaskan langkah-langkah di sektor kesehatan. Seiring dengan itu, pemerintah juga memberikan relaksasi dan insentif untuk menjaga daya beli masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement