Rabu 29 Jul 2020 21:19 WIB

Sikap Nyinyir Politisi Italia Atas Datangnya Imigran Muslim

Politisi Italia meresahkan datangnya imigran Muslim di negara tersebut.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Politisi Italia meresahkan datangnya imigran Muslim di negara tersebut. Kota Turin, Italia
Foto: .anyairportcarhire.com/
Politisi Italia meresahkan datangnya imigran Muslim di negara tersebut. Kota Turin, Italia

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPEDUSA— Beberapa perahu bermuatan puluhan bahkan ratusan pengungsi menepi di Lampedusa, sebuah pulau terbesar di kepulauan Pelagie, Italia. Perahu yang terus berdatangan, membuat pulau indah itu kini padat oleh imigran.   

Pemimpin oposisi Italia, Matteo Salvini mengatakan, jumlah migran yang tiba di pulau itu naik tiga kali lipat dibandingkan dengan 2019. 

Baca Juga

Dia menambahkan bahwa Lampedusa berada di ambang kehancuran karena penambahan penduduk yang tak terkendali. 

Bahkan ancaman terbesar pulau itu, menurut Salvini bukan hanya gelombang kedua Covid-19, tapi juga gelombang masuknya warga Afrika yang tidak mampu lagi tertampung. 

Posisi Lampedusa sebagai pijakan invasi baru, membuatnya terperangkap dalam politik sayap kiri yang membuatnya terasingkan dari perlindungan Uni Eropa.

Perdebatan mengenai alasan para pengungsi itu melarikan diri juga masih menjadi pertanyaan besar hingga kini. Kedatangan mereka ke Eropa pada dasarnya juga memunculkan persoalan di internal mereka.    

Sebagai contoh, fakta saja tentang rasio miring dari pengungsi laki-laki dibandingkan dengan perempuan, yang secara ilegal tiba di Eropa dikonfirmasi Dewan Hak Asasi Manusia Bangsa-Bangsa Tidak Terlihat, yang menunjukkan bahwa 75 persen kedatangan adalah laki-laki. 12 persen adalah perempuan dan 13 persen anak-anak.

Beberapa tahun yang lalu, muncul spekulasi yang menyebut krisis migran sebagai akibat dari kecerobohan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Namun kini, krisis migran diartikan sebagai langkah yang disengaja oleh dunia Islam dan dimaksudkan untuk mendasionalisasi negara-negara Eropa.

Kedatangan para imigran yang tidak terdeteksi identitasnya ini diprediksi akan mengarah pada penurunan dramatis tingkat keamanan publik serta perubahan demografi, tradisi, dan budaya.

"Apa artinya ini? Ini berarti bahwa Eropa sedang dijajah, dan kita menghadapi invasi non-militer ke Eropa oleh dunia Islam-dengan persetujuan penuh dari Uni Eropa dan beberapa negara anggota pemerintah," kata dia.   

Yang lebih buruk, menurut dia, ideologi kiri yang berkaitan dengan gender, LGBT atau gerakan hijau akan menjadi tabir untuk masalah paling serius di Eropa, yaitu invasi migran yang kini sedang berlangsung.  

Sumber: https://rmx.news/article/commentary/europe-faces-an-islamic-invasion 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement