Kamis 30 Jul 2020 02:50 WIB

Bill Gates: Akhir 2020 Angka Kematian Covid-19 Bisa Ditekan

Bill Gates memprediksi obat Covid-19 bisa digunakan sebelum orang sakit parah.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Filantropis Bill Gates memprediksi tingkat kematian akibat Covid-19 bisa ditekan secara signifikan pada akhir tahun.
Foto: Republika/Prayogi
Filantropis Bill Gates memprediksi tingkat kematian akibat Covid-19 bisa ditekan secara signifikan pada akhir tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Filantropis Bill Gates optimistis obat antivirus dan terapi antibodi untuk melawan infeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 dapat mengurangi tingkat kematian secara substansial pada akhir tahun ini. Ia mengatakan, obat dan jenis terapi ini diharapkan bisa diberikan sebelum seseorang sakit parah hingga perlu menjalani perawatan intensif.

"Besar kemungkinan bahwa penurunan angka kematian yang substansial bisa tercapai pada akhir tahun ini dengan adanya kombinasi obat dan terapi baru itu, beberapa di antaranya ditujukan untuk digunakan ketika orang mulai memiliki gejala serius dan dapat dimanfaatkan untuk mencegah orang masuk ke perawatan intensif," ujar Gates dalam sebuah wawancara dengen CNBC, seperti dilansir SCMP pada Rabu (29/7).

Baca Juga

Rasio fatalitas kasus Covid-19 yang diamati di 20 negara dengan jumlah kasus wabah terbesar berkisar dari 15,2 persen di Inggris hingga satu persen di Arab Saudi. Menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, sebagian besar negara menunjukkan rasio fatalitas empat persen atau di bawahnya.

Remdesivir menjadi salah satu obat antivirus yang dilaporkan dapat membawa perbaikan kepada pasien sejak mulai timbulnya gejala. Obat produksi Gilead Sciences itu dipakai di bawah otorisasi penggunaan darurat yang diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) atau FDA untuk pengobatan antivirus eksperimental pada Mei lalu.

Rumah sakit dapat memberikan remdesivir secara intravena kepada pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator atau membutuhkan oksigen tambahan sebagai alat bantu pernapasan. CEO Gilead Sciences, Daniel O'Day, pada bulan lalu mengatakan bahwa perusahaannya menerima persetujuan FDA untuk uji coba manusia terhadap formulasi remdesivir yang dihirup, yang memungkinkan kemudahan pemakaian di luar rumah sakit, pada tahap awal penyakit terjadi.

"Ada dua antivirus lain yang lebih mungkin diberikan secara oral daripada infus. Jadi, sebelum akhir tahun, dua antivirus lain atau reformulasi dari mereka dapat dihasilkan," jelas Gates.

Menurut Gates, antibodi monoklonal mungkin adalah kelas yang paling menjanjikan. Perusahaan farmasi Regeneron, Eli Lilly, dan AstraZeneca telah melakukan pekerjaan yang mengarah ke sana. Ia juga menyebut uji coba telah dilakukan jauh lebih cepat karena orang dapat melihat manfaat terapeutik lebih cepat daripada manfaat perlindungan.

Pemerintah AS sebelumnya dilaporkan telah menandatangani kontrak sebesar 450 juta dolar AS dengan Regeneron Pharmaceuticals yang berbasis di New York untuk membeli antibodi Covid-19 yang potensial. Ini mengandung antibodi buatan dan antibodi lain yang diisolasi dari pasien yang pulih dari penyakit dan dapat disuntikkan.

Antibodi yang dibuat secara eksternal dan diberikan secara intravena mengurangi kemampuan virus untuk keluar dari pengobatan dan juga melindungi sel-sel dari serangan virus, walaupun pasien biasanya memerlukan banyak suntikan. Sementara, Eli Lilly telah bermitra dengan Shanghai Junshi, yang bulan lalu memulai studi fase satu di Cina tentang antibodi penetralan yang dikembangkan bersama dengan Institut Mikrobiologi Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Mitra AS akan memimpin uji coba di luar China. Selain itu, AstraZeneca mengumumkan pada bulan lalu bahwa mereka telah melisensikan antibodi penawar virus corona jenis baru dari Vanderbilt University dan berencana untuk membawa keduanya dalam pengembangan klinis sebagai terapi kombinasi yang potensial.

George Diaz, seorang dokter spesialis penyakit menular di Providence Regional Medical Center di Everett, Ibu Kota Washington, AS mengatakan bahwa penelitian remdesivir yang dilakukan kelompoknya telah menunjukkan manfaat mencegah kematian. Diaz yang merawat pasien Covid-19 pertama di Negeri Paman Sam dengan remdesivir mengatakan bahwa penelitian ini sedang dalam tahap tinjauan sejawat dan hasilnya akan dipublikasikan.

"Yang dapat kami katakan adalah bahwa kami juga menemukan manfaat pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dibandingkan mereka yang tidak menerima remdesivir,” jelas Diaz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement