Rabu 29 Jul 2020 19:50 WIB

Anies Minta Warganya Tetap Berikhtiar Perangi Covid-19

Anies juga meminta agar masyarakat Jakarta terus mendoakan tenaga medis.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Foto: Republika TV/Muhamad Rifani Wibisono
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta kepada warganya untuk tetap berikhtiar memerangi Covid-19. Yakni, dengan mengedepankan perilaku 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak 1-2 meter, dan mencuci tangan sesering mungkin agar pandemi ini segara dapat diatasi.

"Kita berharap agar ikhtiar ini bisa menuntaskan penyebaran Covid-19 di Jakarta," kata Anies saat rapat virtual membahas mengenai Salat Idul Adha dan Kurban di Masa Pandemi, di Jakarta, Rabu (29/7).

Baca Juga

Selain itu, Anies meminta, agar masyarakat di Jakarta terus mendoakan tenaga medis sebagai garda terdepan dalam menghadapi wabah Covid-19 dengan menangani pasien yang memiliki penyakit pneumonia akibat virus corona jenis baru ini. Menurut Anies, mereka sangat berisiko tinggi bisa tertular penyakit itu karena sepanjang hari mengurus pasien di rumah sakit.

Terlebih, tenaga medis sempat menjadi stigma di masyarakat karena dianggap sebagai pembawa Covid-19.

"Bayangkan mereka harus menyuapi, tapi dia tahu ini orang bawa Covid-19 dan kalau mendengar tenaga medis betapa menegangkan berinteraksi dengan pembawa Covid-19 setiap hari," ujarnya.

Meski bukan tugas yang mudah dan tetap ada risiko, Anies yakin Jakarta bisa menuntaskan mata rantai penularan Covid-19.

"Kemudian, kita bisa kembali pada kehidupan seperti bisa agar kita merasakan aman, sehat dan produktif," katanya menambahkan.

Provinsi DKI Jakarta kembali mencatatkan angka tertinggi dalam jumlah harian kasus baru Covid-19. Pada Rabu (29/7), pemerintah pusat mengumumkan 577 kasus baru, sementara data versi Pemprov DKI Jakarta 584 kasus.

Anies malah bersyukur, kasus baru Covid-19 di Jakarta terus ditemukan dalam jumlah signifikan. Itu berarti, kata Anies, strategi penanganan Covid-19 yang dilakukan pihaknya berjalan baik.

"Jakarta mengambil strategi mencari orang yang terpapar, lalu diisolasi untuk diputus mata rantainya. Kalau Jakarta hanya ingin angkanya kecil, maka Pemprov DKI tidak perlu melakukan testing, dijamin angka kasus Covid-19 langsung turun," kata Anies.

Anies tak bisa membayangkan bila pasien positif berkategori OTG, mereka akan menularkan virus kepada kerabat, kolega, hingga keluarganya di rumah. Virus ini bahkan makin mengganas bila menyerang orang lansia dan memiliki riwayat penyakit bawaan atau akut.

"Dengan orang ini ketemu, maka dia bisa mencegah dirinya menularkan ke orang lain. Saya selalu sampaikan kalau ada angka positif harus kita syukuri bisa ketahuan," ucapnya.

Anies memaparkan, alasan angka kasus Covid-19 di Jakarta bisa tinggi karena sejak awal Juni 2020, Pemprov DKI Jakarta telah aktif melakukan pencarian kasus baru (active case finding) lewat pelacakan (tracing) kepada orang yang pernah kontak fisik dengan pasien positif dan berada di zona merah Covid-19.

Menurut dia, upaya pencarian kasus baru dilakukan karena wabah Covid-19 belum mereda. Justru, kata Anies, pemerintah daerah bisa salah mengambil langkah, bilamana wabah tetap muncul namun pengetesan dikurangi.

"Saya jelaskan bahwa yang dikerjakan Pemprov DKI adalah mengetes sebanyak mungkin, mencari yang positif. Kalau dia OTG (orang tanpa gejala) dia diisolasi mandiri, tapi kalau memiliki gejala atau beresiko dia akan diminta isolasi di rumah sakit. Kemudian di Jakarta ini secara aturan dan secara target tes itu minimal dilakukan kepada 10 ribu orang per minggu. Tapi kami di Jakarta dalam satu pekan terakhir ini saja sudah 43 ribu per minggu," ujarnya.

photo
Rekor Kasus Covid-19 di Indonesia - (Infografis Republika.co.id)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement