Rabu 29 Jul 2020 15:06 WIB

Semester I, Laba PLN Terpuruk

PLN mengalami kenaikan pendapatan pada Semester I 2020.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Dua pekerja memperbaiki partisi Kantor PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Gambir, Jakarta, ilustrasi. Perolehan laba PLN pada semester I 2020 merosot hingga 96 persen.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Dua pekerja memperbaiki partisi Kantor PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, Gambir, Jakarta, ilustrasi. Perolehan laba PLN pada semester I 2020 merosot hingga 96 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada semester satu tahun ini perolehan laba PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) merosot hingga 96 persen. Meski dalam catatan laporan keuangan, perusahaan listrik ini bisa menaikan pendapatan usaha dari penjualan listrik dan pemasangan baru.

Mengutip dari laporan keuangan PLN di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat PLN mengalami kenaikan pendapatan dari Rp 137,52 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp 139,78 triliun di semester II 2020.

Baca Juga

Sayangnya, perusahaan hanya mampu mencatatkan laba sebesar Rp 251,6 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan bisa membukukan laba sebesar Rp 7,3 triliun.

Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murfidi dalam keterangan resminya mengatakan kondisi keuangan perusahaan yang tercemin dalam semester petama tahun ini memang karena dampak dari Covid-19. Meski memang kata Agung, perusahaan masih bisa membukukan laba ditengah harga jual listrik yang tidak berubah sejak 2017.

"Perusahaan mampu membukukan kenaikan pendapatan usaha 1,6 persen. Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017," ujar Agung, Rabu (29/7).

Laba anjlok ini juga dipengaruhi oleh beban kurs yang ditanggung oleh perusahaan. PLN membukukan rugi kurs sampai Rp 7,79 triliun. Selain itu, pada semester satu ini perusahaan juga belum mendapatkan suntikan dana dari pemerintah melalui dana kompensasi sehingga makin meperburuk kondisi keuangan perusahaan.

Padahal, selain dari sisi pendapatan usaha naik, beban usaha perusahaan juga turun jika dibandingkan tahun lalu. Beban bahan bakar pada semester satu ini tercatat Rp 56,06 triliun turun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 66 triliun. Beban pemeliharaan juga naik dari Rp 9,4 triliun menjadi Ro 9,6 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement