Rabu 29 Jul 2020 14:25 WIB

Kelompok Tani di Banjarnegara Kendalikan Hama Wereng

Pengendalian hama WBC dilakukan pada pertanaman padi varietas Inpari 32.

Petani menyemprot hama wereng (ilustrasi)
Foto: dokpri
Petani menyemprot hama wereng (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA – Teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) yang merupakan bagian dari proyek SIMURP mulai diterapkan Kelompok Tani  (Poktan)Sedya Usaha, Desa Kasilib, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan CSA, Poktan Sedya Usaha mengendalikan hama wereng coklat

Poktan Sedya Usaha melaksanakan gerakan pengendalian hama wereng coklat pada tanaman padi di sawah blok Karangpucung seluas kurang lebih 11 hektare (ha). Petani sejumlah 19 orang  bersama-sama melakukan pengendalian sesuai arahan petunjuk dari penyuluh pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan apresiasi untuk usaha yang dilakukan Poktan Sedya Usaha.

“Ilmu yang didapat dari kegiatan CSA SIMURP harus bisa diaplikasikan para petani. Sebab, dengan teknologi CSA kita bisa meningkatkan produktivitas, termasuk mengantisipasi serangan hama yang bisa merugikan petani,” tutur Mentan SYL, Rabu (29/7).

Apresiasi juga diberikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi NUrsyamsi. Menurutnya, selain mampu mengendalikan hama wereng, dengan CSA petani tetap berproduksi meski dalam musim kemarau. Hal ini juga sejalan dengan instruksi bahwa pertanian tidak boleh berhenti berproduksi.

"Penyuluh harus tetap mengawal petani di lapangan. Tentunya dengan menerapkan protokol pencegahan Covid-19, seperti jaga jarak, cuci tangan, dan memakai masker dalam berinteraksi," tutur Dedi Nursyamsi.

Sementara penyuluh pendamping Desa Kasilib, Sulasih, yang juga koordinator penyuluh pertanian Kecamatan Wanadadi, mengatakan pengendalian hama WBC dilakukan pada pertanaman padi varietas Inpari 32, umur sekitar 40 HST.

“Sebelumnya, telah dilakukan pengamatan oleh petugas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan ditemukan populasi Wereng Berwarna Coklat (WBC) lebih dari 10 ekor per rumpunnya. Rupanya di tengah situasi lockdown akibat pandemi Covid-19 ini, tidak membuat hama tersebut ikut ter-lockdown," tutur Sulasih.

Pengendalian hama wereng coklat, ini harus dilakukan secara serempak pada semua petak sawah di sebuah hamparan, agar semua populasi hama WBC teratasi pada satu waktu, sehingga hasilnya pun efektif. Pengendalian yang tidak serempak, akan menyebabkan hama WBC berpindah dari satu petak ke petak lainnya, sehingga populasi WBC akan selalu ada.  

Harapannya, dengan semangat kebersamaan, kekompakan dan kerja sama dalam gerakan pengendalian tersebut, hama wereng coklat dan OPT lainnya dapat selalu teratasi dengan baik, sehingga tidak pengganggu produktivitas tanaman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement