Rabu 29 Jul 2020 08:29 WIB

Wall Street Jatuh Karena Kepercayaan Konsumen Melemah

Kepercayaan konsumen pada Juli mengalami penurunan saat infeksi Covid-19 meluas.

Wall Street ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (28/7), karena investor cemas tentang melemahnya kepercayaan konsumen. Pelemahan juga didorong hasil keuangan perusahaan yang mengecewakan dan khawatir tentang perselisihan di Kongres AS atas rencana bantuan virus corona.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Wall Street ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (28/7), karena investor cemas tentang melemahnya kepercayaan konsumen. Pelemahan juga didorong hasil keuangan perusahaan yang mengecewakan dan khawatir tentang perselisihan di Kongres AS atas rencana bantuan virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wall Street ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (28/7), karena investor cemas tentang melemahnya kepercayaan konsumen. Pelemahan juga didorong hasil keuangan perusahaan yang mengecewakan dan khawatir tentang perselisihan di Kongres AS atas rencana bantuan virus corona.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 205,49 poin atau 0,77 persen menjadi ditutup pada 26.379,28 poin. Indeks S&P 500 turun 20,97 poin atau 0,65 persen menjadi berakhir di 3.218,44 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup turun 134,18 poin atau 1,27 persen menjadi 10.402,09 poin.

Baca Juga

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor material jatuh 2,18 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor real estat terangkat 2,05 persen, mengungguli sektor lainnya.

Di sisi lain, yang membebani Dow adalah konglomerat industri 3M Co, anjlok 4,8 persen, setelah melaporkan penurunan permintaan kuartal kedua di seluruh bisnisnya. Selain itu, McDonald's Corp jatuh 2,5 persen setelah secara mengejutkan mengalami penurunan besar dalam penjualan toko globalnya.

 

Data yang dirilis pada Selasa (28/7) pagi hari menunjukkan kepercayaan konsumen AS menurun pada Juli ketika infeksi virus corona meluas di seluruh negeri. Ketika mereka menunggu perjanjian paket stimulus dan untuk laporan triwulanan dalam salah satu minggu tersibuk di musim laba, investor juga mengantisipasi kesimpulan pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS pada Rabu waktu setempat.

"Ini mungkin bukan tempat yang buruk untuk mengambil keuntungan dan membangun kembali likuiditas karena salah satu dari ketiga peristiwa itu dapat menyebabkan volatilitas," kata Sameer Samana, Ahli Strategi Pasar Global Senior di Wells Fargo Investment Institute di St Louis.

Sementara itu, Florida melaporkan rekor kenaikan satu hari dalam kematian akibat virus corona. Kasus-kasus di Texas melewati angka 400.000, memicu kekhawatiran Amerika Serikat kehilangan kendali atas wabah tersebut.

Menambah ketakutan, anggota kongres memperdebatkan proposal bantuan satu triliun dolar AS dari Senat yang dikuasai Partai Republik yang diumumkan pada Senin (27/7), empat hari sebelum jutaan orang Amerika kehilangan tunjangan pengangguran. Fokus lain minggu ini adalah hasil keuangan dari perusahaan-perusahaan bernilai pasar triliunan dolar di Wall Street: Apple Inc, Amazon.com Inc dan Alphabet Inc, serta Facebook Inc.

Dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan laba sejauh kuartal ini, sekitar 80 persen melampaui perkiraan laba yang menurun secara signifikan, menurut data Refinitiv IBES.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement