Selasa 28 Jul 2020 20:24 WIB

Korut Konfirmasi Dugaan Kasus Pertama Covid-19

Korut meningkatkan pencegahan Covid-19 yang lebih ketat

Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
Foto: AP/KCNA via KNS
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara pada Selasa (28/7) menerapkan langkah pencegahan Covid-19 yang lebih ketat setelah mengkarantina kota perbatasan Kaesong guna mengatasi apa yang kemungkinan menjadi kasus terkonfirmasi pertama penyakit pernapasan tersebut.

Menurut media pemerintah, Kantor Berita Korut KCNA, langkah karantina yang ketat dan penyaringan distrik sedang berlangsung. Alat tes, pakaian perlindungan, serta peralatan medis juga langsung dipasok.

Baca Juga

Langkah itu diterapkan setelah Pemimpin Korut Kim Jong-un menyatakan status darurat pada Ahad (26/7), setelah seseorang yang diduga terinfeksi virus corona kembali dari Korea Selatan. Korut melaporkan bahwa, hingga 16 Juli, 1.211 orang telah dilakukan tes Covid-19, yang semua hasilnya negatif, menurut pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada Reuters, Senin (27/7). Dalam laporan itu, disebutkan 696 warga negara sedang menjalani karantina.

Peralatan untuk mesin-mesin yang mampu memfasilitasi 1.000 tes sudah tiba di Korut, menurut WHO. Selain itu, terdapat 15 laboratorium rujukan Covid-19 di negara tersebut.

Korut memiliki sistem pelayanan kesehatan terbatas dengan rumah sakit yang minim obat-obatan, listrik, dan air. Korut sudah lama bergantung pada WHO untuk mendapatkan obat-obatan sebab sanksi terhadap negara itu mempersulit impor.

Dalam sebulan terakhir, Korut telah menerima alat tes dan alat pelindung dari WHO dan sejumlah negara, seperti Rusia. Namun beberapa di antaranya tertahan di perbatasan akibat pembatasan yang diterapkan sendiri oleh negara tersebut.

Korut awal Juli mengaku bahwa pihaknya telah memulai uji klinis awal calon vaksin Covid-19, tetapi para ahli meragukan pernyataan itu. Negara itu mengalami krisis teknologi atau laboratorium untuk mengembangkan vaksin Covid-19, kata Choi Jung-hun, mantan dokter Korut yang membelot ke Korsel pada 2012.

"Korea Utara bahkan tidak mampu menguji orang, baru bisa tiga atau empat bulan belakangan," kata Choi, yang kini menjadi peneliti di Universitas Korea. "Tak ada alasan bagi mereka untuk mengklaim bahwa mereka sedang mendata partisipan untuk uji klinis manusia vaksin Covid-19."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement