Rabu 29 Jul 2020 02:19 WIB

Gunung Kidul Izinkan Sekolah Tatap Muka Seminggu Sekali

70 persen siswa di Gunung Kidul mengalami kesulitan internet

Sejumlah anak mengerjakan tugas pelajaran dari sekolah
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah anak mengerjakan tugas pelajaran dari sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL  - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengizinkan sekolah-sekolah dasar di wilayah tersebut memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan tatap muka satu kali dalam satu minggu. Hal ini dilakukan untuk menyikapi keterbatasan jaringan internet.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bahron Rasyid, mengatakan dari 436 sekolah dasar yang tersebar di 18 kecamatan/kapanewon di Gunung Kidul, 70 persen siswanya mengalami kesulitan internet untuk melaksanakan metode belajar dari rumah secara daring.

"Kami memberikan kesempatan sekolah-sekolah tertentu untuk memberikan pelayan pendidikan secara tatap muka seminggu sekali, agar gurunya bisa memberikan tugas atau materi belajar," kata Bahron, Selasa (28/7).

Ia mengatakan geografis di Gunung Kidul mayoritas berbukit-bukit, sehingga jaringan internet susah diakses oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat atau wali orang tua yang memiliki telepon genggam atau hp android, dan laptop tidak terlalu banyak. Untuk itu, pihaknya mengeluarkan kebijakan siswa masuk sekolah mengambil materi belajar.

"Kami berharap metode ini para siswa tetap bisa memperoleh pelajaran di masa pandemi. Kami harap guru tetap menjaga protokol kesehatan, sekolah tertentu boleh mendatangkan siswa tetapi dibagi jumlahnya dan tidak bergerombol," katanya.

Sementara itu, salah seorang guru di SD Negeri Slametan, Kalurahan/Desa Kelor, Kepanewonan/Kecamatan Karangmojo Anika Kurniawati mengatakan dirinya memberikan pelayanan pendidikan dengan mendatangi siswa didik seminggu sekali, pada Sabtu. Kegiatan ini dilaksanakan setelah mendapat izin dari kepala sekolah dan wali murid.

"Kelas I di SD Negeri Slametan ada 14 murid. Kemudian, mereka dibagi menjadi tiga kelompok untuk datang ke salah satu rumah orang tua siswa untuk belajar bersama. Kami datangi kelompok untuk memberikan materi belajar dan mengajari materi pelajaran," katanya.

Anika mengaku metode belajar yang ia terapkan, bukan karena keterbatasan akses internet namun karena ingin melihat secara langsung anak didiknya belajar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement