Ahad 26 Jul 2020 20:43 WIB

Layar Tancep FFI 2020 M Bloc Tayangkan 2 Film Klasik

FFI 2020 akan digelar Desember mendatang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Wanita menonton film. Ajang FFI 2020 dibuka dengan sejumlah kegiatan, salah satunya Layar Tancep di M Bloc.
Foto: EPA-EFE / SEBASTIEN NOGIER
Wanita menonton film. Ajang FFI 2020 dibuka dengan sejumlah kegiatan, salah satunya Layar Tancep di M Bloc.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Film Indonesia 2020 bersiap membuka rangkaian program menuju penghargaan yang bakal digelar Desember mendatang. Program pertama yang berjalan adalah pemutaran layar tancep luar ruangan yang digelar di area mural M Bloc Space, Jakarta, mulai Sabtu 25 Juli.

Pemutaran perdana bekerja sama dengan PLTI (Persatuan Layar Tancep Indonesia) yang berikutnya menggandeng Kineforum. Dua film pertama yang diputar adalah film Catatan Si Boy yang masuk dalam seksi program “Darah Muda” dan Taksi yang masuk dalam seksi program “Halo? Indonesia”.

Baca Juga

Film Catatan Si Boy dirilis pada 1987, diarahkan oleh sutradara Nasri Cheppy. Sinema mendapatkan nominasi Sutradara Terbaik dan Tata Musik Terbaik (untuk Dodo Zakaria) pada FFI 1988. Film ini dibintangi antara lain oleh Onky Alexander, Didi Petet, dan Meriam Bellina.

Sedangkan, film Taksi arahan sutradara Arifin C Noer tayang pada 1989. Sinema mendapat enam Piala Citra di FFI 1990, termasuk lima kategori utama yaitu film terbaik, sutradara terbaik, skenario terbaik, pemeran utama pria terbaik (Rano Karno), dan pemeran utama wanita terbaik (Meriam Bellina).

Film-film ini diputarkan dengan format aslinya yaitu film 35MM. Program pemutaran rencananya dilakukan secara berkala dengan tujuan menyapa masyarakat melalui khazanah film Indonesia yang luas. Berlangsung pula diskusi seputar tema, pembuatan, dan konteks film.

FFI melakukan kurasi film dan mengategorikannya dalam sejumlah seksi program. Ada segmen “Aku Pulang!”, yang bertujuan menyapa seluruh keluarga Indonesia, terdiri atas film-film yang mengeksplorasi makna keluarga. Selain itu, ada pula subprogram “Halo? Indonesia”.

Seksi program ini hendak mengajak untuk merenungkan ulang posisi kita sebagai bagian dari bangsa. Sejauh mana seseorang telah berkontribusi kepada bangsanya. Dikutip dari pernyataan resmi FFI, terdapat pemaknaan dan perenungan khusus pada tiap subprogam tematik.

Subprogram “Mata Perempuan” mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi para perempuan Indonesia. Merekam jejak ketangguhannya, sambil merenungkan ulang: masyarakat seperti apa yang “memaksa” para srikandinya harus menghadapi permasalahan seperti yang digambarkan.

Subprogram “Darah Muda” ingin merayakan semangat mereka yang muda, yang banyak mencari, yang masih hendak bereksplorasi demi proses pendewasaan diri. “Di Tepian Arus” ingin menyapa yang tersembunyi, yang bersembunyi, yang terpinggirkan, meminggirkan diri, yang dilupakan ataupun yang ingin dilupakan.

FFI juga ingin memberikan penghormatan pada karier dan dedikasi panjang rekan-rekan insan perfilman yang telah berpulang dalam rangkaian retrospektif. Tiga aktor film yang akan digelar retrospektif khususnya adalah almarhum Ria Irawan, Henky Solaiman, dan Didi Petet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement