Sabtu 25 Jul 2020 15:23 WIB

Anies: Covid-19 di DKI tak Diukur dengan Satu Parameter

Kemampuan testing di Jakarta ini sudah meningkat 4 kali lipat dari standar WHO

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Foto: Dok Bakti Mulya 400
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penambahan kasus positif Covid-19 di Jakarta dalam dua pekan terakhir telah menjadi sorotan di tengah pelonggaran di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi yang kembali di perpanjang. Namun Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menegaskan untuk saat ini penambahan kasus positif Covid-19 harian bukanlah menjadi tolak ukur, karena DKI menerapkan beberapa parameter melihat kondisi riil Covid-19 di lapangan.

Dalam pesan video konpersnya, Anies mengakui secara jumlah memang kasus harian Covid-19 di Jakarta dalam dua pekan terakhir tembus rekor selama PSBB. Namun Anies menegaskan angka positivity rate-nya masih dibawah standar WHO idealnya 5 persen dan maksimal 10 persen. Untuk di Jakarta, jelas Anies, secara kumulatif total positivity rate seluruhnya sejak awal wabah angkanya adalah 5,2 persen.

"Angka (5,2 persen) ini di bawah angka rata-rata nasional sebesar 12,3 persen. Ini menunjukkan bahwa nilai positivity rate di Jakarta itu sedikit di atas rekomendasi ideal WHO yaitu 5 persen atau dibawah angka maksimumnya 10 persen. Memang idealnya 5 persen, dan kita di 5,2 persen," jelas Anies dalam pernyataannya Sabtu (25/7).

Selain parameter positivity rate, Anies juga menjelaskan kemampuan testing di Jakarta yang saat ini sudah meningkat 4 kali lipat dari standar WHO, sejak awal wabah Covid-19 ditemukan di Jakarta.

"Namun saat ini kemampuan testing PCR kita meningkat tiap minggunya, hingga Jakarta memiliki kemampuan kapasitas testing cukup tinggi. Jumlah total yang sudah kita lakukan tes kalau dihitung spesimen, ada hampir 500 ribu yaitu 499.410 spesimen," ungkap dia.

Hasil ini dari kolaborasi peningkatan testing yang ada di 47 laboratorium Jakarta, kini telah menghasilkan kapasitas testing maksimal 9.769 spesimen perhari atau hampir 10 ibu spesimen per hari.

Dengan kemampuan tes yang sudah meningkat ini, Anies mengaku juga memerintahkan tim untuk menerapkan Active Case Finding. Dimana tim medis di seluruh puskesmas Jakarta secara aktif turun ke semua tempat di masyarakat mencari kasus-kasus positif, bukan hanya pasif menunggu di RS atau puskesmas.

"Jadi Puskesmas ini sekarang berburu kasus positif di masyarakat. Bahkan kini 30 persen dari temuan kasus positif kita, adalah hasil dari Active Case Finding," imbuhnya.

Lalu 20 persen adalah hasil kontak tracing dari kasus yang sudah ditemukan positif sebelumnya dan 50 persen sisanya adalah Pasive Case Finding, artinya orang yang datang ke rumah sakit, orang yang datang ke klinik di situ mereka diperiksa, karena memiliki gejala. Sedangkan kasus positif tanpa gejala banyak ditemukan dari Active Case Finding.

Sambil meningkatkan kapasitas tes dan aktif mencari kasus positif, DKI juga terus meningkatakan kapasitas fasilitas kesehatan. Saat ini, diakui Anies, Jakarta memiliki 67 rumah sakit rujukan Covid-19 di situ ada 4556 tempat tidur isolasi, ada 659 ICU khusus covid, dan ini sudah jauh lebih banyak daripada pada masa awal pandemi dulu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement