Sabtu 25 Jul 2020 12:54 WIB

Saham Wall Street di Akhir Pekan Ditutup Melemah

Pelemahan Wall Street disebabkan oleh lemahnya laporan laba dari emiten.

Aktivitas di Bursa saham New York (New York Stock Exchange)
Foto: NYSE Photo by Colin Ziemer via AP
Aktivitas di Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (24/7), karena aksi jual menjelang akhir pekan. Ini dipicu oleh laba beberapa emiten yang lemah, melonjaknya kasus Virus Corona dan meningkatnya ketegangan politik antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 182,44 poin atau 0,68 persen, menjadi ditutup di 26.469,89 poin. Indeks S&P 500 turun 20,03 poin atau 0,62 persen, menjadi berakhir di 3.215,63 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup tergelincir 98,24 poin atau 0,94 persen, menjadi 10.363,18 poin.

Baca Juga

Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, semuanya kecuali konsumen ditutup pada posisi merah. Sektor teknologi mengalami persentase kerugian terbesar. Sektor kesehatan kehilangan pijakan, turun 1,1 persen jelang perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang bertujuan menurunkan harga obat.

Untuk hari kedua berturut-turut, sektor teknologi membebani ketiga indeks utama AS. Intel Corp memimpin penurunan, sahamnya anjlok 16,2 persen setelah pembuat chip tersebut melaporkan keterlambatan produksi chip 7-nonometer yang lebih kecil dan lebih cepat.

"Ada kegelisahan menjelang akhir pekan setelah penjualan saham-saham teknologi kemarin," kata Ahli Strategi Pasar Senior LPL Financial,Ryan Detrick, di Charlotte, North Carolina.

Setiap indeks membukukan kerugian mingguan, dengan S&P 500 dan Dow menghentikan kenaikan beruntun tiga minggu. Nasdaq menghadapi minggu terlemah dari empat pekan terakhir.

Kemunduran tersebut mengikuti sebuah reli yang membawa S&P 500 hampir lima persen di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada Februari. Indeks S&P 500 sekarang mendekati titik impas untuk tahun ini, sementara Nasdaq telah naik lebih dari 15 persen sejauh tahun ini.

"Dengan reli yang telah kita lihat sejauh ini pada Juli, masuk akal untuk melihat kecemasan menjelang pekan dengan laporan laba perusahaan-perusahaan besar, keputusan Fed dan apa yang mungkin merupakan PDB terburuk dalam hidup kita," tambah Detrick.

Apple, Alphabet Inc dan Amazon.com dijadwalkan akan merilis hasil kinerja keuangan mereka pada 30 Juli, hari di mana Departemen Perdagangan AS akan memberikan PDB kuartal kedua. Para analis memproyeksikan bahwa ekonomi anjlok 35 persen selama periode tiga bulan.

Sementara itu 128 perusahaan konstituen S&P 500 telah melaporkan laba kuartal kedua mereka. Dari sejumlah tersebut, 80,5 persen memberikan laporan laba yang sangat rendah dari ekspektasi para analis.

American Express Co turun 1,4 persen setelah melaporkan penurunan laba kuartalan 85 persen, setelah menyisihkan hampir 628 juta dolar untuk menutup kemungkinan gagal bayar (default). Verizon Communications Inc mengalahkan estimasi laba dan pendapatan analis, karena perusahaan telekomunikasi melihat permintaan kuat akibat perintah tinggal di rumah, meningkatkan sahamnya sebesar 1,8 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement