Sabtu 25 Jul 2020 06:44 WIB

Nasionalisme Syekh Yasin Al-Fadani

Meski lahir di Makkah, Syekh Yasin Al-Fadani tetap cinta tanah air.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Nasionalisme Syekh Yasin Al-Fadani. Syekh Yasin Al-Fadani.
Foto: Blogspot.com
Nasionalisme Syekh Yasin Al-Fadani. Syekh Yasin Al-Fadani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaikh Yasin Al-Fadani memiliki nama lengkap ‘Alam Al-Din Abu Fayd Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Udik Al-Fadani Al-Makki Al-Ayafi’i. Beliau dilahirkan di kota Hayyi Misfalah, Makkah Al-Mukkarramah pada Selasa 27 Sya’ban 1337 H atau 1917 M. 

Syaikh Yasin Al-Fadani dibesarkan dan dididik oleh orang tuanya sendiri, Syeikh Isa Al-Fadani dan Nyai Maimunah binti Abdullah. Pendidikan agamanya juga dibimbing oleh ayah dan ibunya yang merupakan penghafal Alquran.

Baca Juga

Di usia delapan tahun, Syaikh Yasin Al-Fadani sudah mampu menghafal Alquran. Syaikh Yasin juga berguru kepada pamannya, Syekh Mahmud Al-Fadani. 

Pada usia 12 tahun, Syekh Yasin mulai mengenyam pendidikan di Madrasah Shaulathiyyah selama enam tahun. Di madrasah tersebut, ia dididik oleh Sayyid Muhsin Al-Musawwa, Syekh Mukhtar Utsman Makhdum, Syekh Abdullah Muhammad Niar dan Syekh Muhammad Hasan Al-Masysyath. 

Meskipun lahir dan besar di Makkah, Syekh Yasin tetap mencintai tanah leluhurnya, Indonesia. Kecintaannya pada negeri, tergambar ketika terjadi sebuah konflik di tempat ia menempuh pendidikan tersebut. 

Dikutip dari tesis Muhammad Faiz dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau, pada suatu hari, seorang guru di madrasahnya menyobek koran berbahasa Indonesia seraya mengatakan bangsa bodoh yang memakai bahasa seperti itu dan tidak akan bisa meraih kemerdekaan. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Syekh Yasin dan tentu saja membuatnya marah dan memutuskan keluar dari madrasah itu. 

Syekh Yasin kemudian mendirikan madrasah Dar Al-Uluum ad-Diiniyyah pada 1934. Banyak pelajar yang kemudian berpindah dari Madrasah Shaulathiyyah ke madrasah Dar Al-Uluum ad-Diiniyyah.

Sejak kecil hingga dewasa, hari-hari Syekh Yasin disibukkan menimba ilmu seperti ilmu Hadits dan Usul Fiqih. Disegala tempat dan kesempatan selalu dimanfaatkan mencari ilmu.

Syekh Yasin juga menimba ilmu di Masjidil Haram, madrasah Al-Falah, dan banyak lagi. Ia berguru kepada syeikh yang datang dari Yaman, Beirut, Damaskus, Indonesia, Mesir, Turki, Tunisia, dan lainnya. 

Bertahun-tahun Syekh Yasin aktif mengajar dan memberi kuliah di Masjidil Haram dan Dar Al-Uluum ad-Diiniyyah terutama pada mata kuliah ilmu Hadits. Ia juga menghasilkan banyak kitab-kitab, sembilan di antaranya adalah kitab ilmu hadits, 15 kurang tentang ilmu dan usul fiqih, 36 buku-buku tentang ilmu falak, dan masih banyak buku-buku lainnya. 

Syaikh Yasin pernah menghadiri Mukhtamar Nahdlatul Ulama pada 1979. Pada kesempatan itu juga, Syaikh Yasin melakukan kunjungan ke sejumlah pesantren di Jawa.

Pada 1990, Syaikh Yasin Al-Fadani menghembuskan napas terakhirnya di Makkah. Ia meninggalkan seorang istri dan empat orang anaknya. Syaikh Yasin Al-Fadani dimakamkan di pemakaman Ma’la.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement