Jumat 24 Jul 2020 22:18 WIB

245 Pengendali Jurang Dibangun Antisipasi Erosi di Luwu Utar

Banjir bandang yang menerjang Masamba, Luwu Utara diawali oleh longsor.

245 Pengendali Jurang Dibangun Antisipasi Erosi di Luwu Utar. Warga melintas di dekat rumah yang rusak akibat diterjang banjir bandang di Desa Petambua Masamba, kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan Rabu (22/07/2020). Puluhan rumah di desa Petambua hilang akibat diterjang banjir bandang dan ratusan warga masih mengungsi.
Foto: Antara/Yusran Uccang
245 Pengendali Jurang Dibangun Antisipasi Erosi di Luwu Utar. Warga melintas di dekat rumah yang rusak akibat diterjang banjir bandang di Desa Petambua Masamba, kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan Rabu (22/07/2020). Puluhan rumah di desa Petambua hilang akibat diterjang banjir bandang dan ratusan warga masih mengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sulawesi Maluku, Darhamsyah mengatakan berencana membangun 245 pengendali jurang (gully plug) sebagai upaya mengendalikan erosi jurang dan kerusakan lingkungan yang lebih luas.

"Kita merencanakan pembuatan gully plug sebanyak 245 unit dan bibit desa (kebun bibit desa) sebanyak tujuh unit di wilayah DAS Baliase," katanya pada Rapat Koordinasi Diseminasi Kajian Banjir DAS Baliase dan Kolaborasi Penanganan di Provinsi Sulsel di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulsel, Jumat (24/7).

Baca Juga

Ia menjelaskan, bencana banjir bandang yang menerjang Masamba, Luwu Utara diawali oleh longsor. "Kejadian awal longsor di Luwu Utara, tepatnya di hulu DAS Baliase," katanya.

Penyebab utama terjadinya longsor di beberapa titik diduga karena tingginya aktivitas pelapukan serta tingginya curah hujan. Solusi yang diberikan kemudian adalah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (RPSDALH) terkait mitigasi banjir dan longsor berbasis ekoregion pada DAS Baliase.

Wagub Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengatakan sesuai hasil pantauan udara di Luwu Utara, diketahui keseimbangan tidak terjadi sehingga harus membuat terobosan bersama. "Kita harus sadari bersama pembukaan lahan, perambahan hutan termasuk bentuk secara keilmuan mengganggu keseimbangan, curah hujan, penyimpangan cadangan air dan lainnya," ujarnya.

"Kita lihat di hilir sungai, kayu ada banyak juga bekas potongan mesin karena rapi. Citra satelit di Google Earth juga terlihat ada alih fungsi lahan dari tahun ke tahun. Luwu Utara sensitif terhadap perubahan keseimbangan yang mudah berujung bencana. Kita harus bijak dalam kebijakan. Kita tunggu kajian pusat sebagai kesimpulan nantinya," lanjutnya.

Ia juga mengajak seluruh pihak membuat terobosan bersama. "Mendesak saat ini apa yang perlu kita selesaikan serta bagaimana merestorasi untuk mengembalikan keseimbangan," Andi.

Ia mengungkapkan perlu membenahi hutan di Sulsel, membuat sistem keseimbangan atau memperbaiki hutan dan DAS. "Kita harus berpikir apa yang harus kita lakukan sekarang untuk jangka panjang. Jangan pernah bermain-main dengan hutan, jika kita bermain main sama halnya kita bermain dengan nyawa manusia," katanya.

"Intervensi kebijakan dan sinergitas, diperlukan master plan untuk sistem kehutanan di Sulsel, dan bagaimana pemulihan yang sudah terjadi," ujarnya.

Tim Kajian Banjir Pemprov Sulsel yang diketuai Syamsu Rijal mengungkap beberapa rekomendasi. "Rekomendasi dari kajian banjir salah satunya pembukaan lahan (clear cutting) oleh masyarakat menggunakan sistem rotasi, pengendalian pola tanam masyarakat pada areal APL (non kawasan Hutan), peningkatan pengawasan dan pengamanan pada kawasan hutan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement