Sabtu 25 Jul 2020 00:25 WIB

Cekcok Partai Matahari di Tengah PANdemi

Kunjungan ke Jokowi juga dinilai bentuk mengemis PAN untuk mendapatkan kursi menteri.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Tangkapan layar dari video Amien Rais, yang menyebut tengah mempertimbangkan untuk membentuk PAN Reformasi.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Tangkapan layar dari video Amien Rais, yang menyebut tengah mempertimbangkan untuk membentuk PAN Reformasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi menjadi masalah tersendiri bagi Partai Amanat Nasional (PAN). Mulai dari gagalnya acara pelantikan pengurus DPP periode 2020-2025 yang seharusnya dihadiri Presiden Joko Widodo dan sejumlah elite partai. Hingga yang terbaru, pengakuan sang pendiri partai, Amien Rais yang mengatakan bahwa ia dikeluarkan dari partai. Perbedaan prinsip diklaimnya sebagai alasan ia "dipecat" dari PAN.

Lewat video yang diunggah di Youtube oleh Ustaz Tengku Zulkarnain, Amien menilai, ada kecenderungan PAN di periode kedua Zulkifli Hasan ingin bergabung dengan kabinet Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Berbeda dengannya, yang tak ingin bergabung dengan kabinet rezim saat ini.

"Misalkan nekat saja, itu kita hadapi dengan kesatria. Kemudian jangan merengek-rengek semua sowan ke istana, mengemis-ngemis, itu memalukan sekali," ujar Amien.

Kunjungan ke Jokowi juga dinilainya sebagai bentuk mengemis PAN untuk mendapatkan kursi menteri. Padahal, sebaiknya pengurus dengan tegar menerima kekalahan di pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

"Saya sudah tidak di PAN sama sekali. Saya sudah dikeluarkan oleh anak buah saya karena berbeda prinsip," ujar Amien.

"Kalau Anda tetap ingin dukung rezim ini, jelas sesuatu langkah yang keliru bin salah. Jadi itu tidak ada rasionya, tidak ada rasionalisasinya," tambahnya.

Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi menegaskan, bahwa Amien masih di partai berlambang matahari itu. Tidak pernah ada keputusan terkait pendepakan mantan Ketua MPR itu.

Menurutnya, Amien merupakan sosok pendiri dan tokoh sentral di partainya. Sosoknya pun saat ini masih menjadi personafikasi bagi PAN.

"Sampai hari ini Pak Amien Rais masih milik PAN, dan saya meragukan jika Pak Amien Rais akan mendirikan partai politik baru," ujar Viva saat dikonfirmasi pada Jumat (24/7).

Ia juga membantah pertemuan PAN dan Jokowi sebagai upaya mengemis kursi calon menteri. Pertemuan PAN dan Jokowi fokus membahas penanganan pandemi Covid-19. Khususnya, di sektor ekonomi yang paling berdampak ke masyarakat.

"PAN ke istana presiden tidak dalam rangka mengemis kekuasaan. PAN bertemu presiden di Istana untuk menyambung rasa silaturahmi," ujar Viva.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menilai, adanya miskomunikasi terkait pernyataan Amien. Sosok Amien disebutnya sebagai roh bagi partai berlambang matahari itu.

Selain itu, ditegaskan Eddy, tidak ada satupun pengurus yang berani mendepak Amien dari PAN. Meskipun, pernyataan dikeluarkan dari partai diungkapkan langsung oleh Amien.

"Rasanya sudah diluar nalar itu ya. Jangankan memberhentikan, berpikir untuk memberhentikan aja tidak ada yang berani," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.

Pengamat Politik Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan (LIPI), Mochammad Nurhasim menilai, adanya kekecewaan dari Amien terhadap Ketua Umum PAN periode 2020-2025, Zulkifli Hasan.

Khususnya, setelah tidak adanya loyalis Amien yang masuk ke dalam kepengurusan saat ini. Ditambah dengan adanya kabar yang menyebut PAN akan bergabung dengan kabinet Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

"Perang narasi akibat perbedaan kepentingan yang antagonis, akibat perbedaan persepsi atas kebijakan dalam mengelola partai menyebabkan faksi yang sejatinya tidak bisa ditampik oleh organisasi partai bisa menjadi faktor bubrahnya PAN," ujar Nurhasim kepada Republika, Jumat (24/7).

Selain itu, PAN dinilainya akan merugi jika mengelurkan Amien. Psalnya, belum ada tokoh lain di internal partai yang dapat menyaingi kesentralan seorang Amien.

Suara PAN juga dipastikan akan semakin turun pada Pemilu berikutnya, jika Amien benar keluar dari partai. Mengingat, dukungan untuk PAN sudah turun pada Pemilu 2019.

"PAN akan mirip dengan partai-partai yang melamai perpecahan, suaranya turun dan pemilihnya dijadikan sebagai rebutan partai yang baru didirikan dengan pola dan ideologi hampir sama," ujar Nurhasim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement