Jumat 24 Jul 2020 00:53 WIB

FSGI: Masalah PJJ Bukan Hanya Jaringan Internet

Bahkan di Jabodetebak, banyak siswa tidak memiliki gawai pintar.

Arga Mahendra siswa MI Ruhul Islam  belajar di rumahnya secara online di kawasan Kampung Penampungan Gasong, Jakarta, Selasa (21/7). Arga belajar menggunakan satu buah handphone yang digunakan secara bergiliran akibat keterbatasan fasilitas smartphone. selain itu warga mengaku mengalami kendala kuota internet akibat keterbatasan pendapatan ekonomi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Arga Mahendra siswa MI Ruhul Islam belajar di rumahnya secara online di kawasan Kampung Penampungan Gasong, Jakarta, Selasa (21/7). Arga belajar menggunakan satu buah handphone yang digunakan secara bergiliran akibat keterbatasan fasilitas smartphone. selain itu warga mengaku mengalami kendala kuota internet akibat keterbatasan pendapatan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai, permasalahan pendidikan jarak jauh (PJJ) tidak hanya ketersediaan jaringan internet tapi juga kepemilikan gawai. Permasalahan ini juga ditemukan di wilayah Jabodetabek.

"Persoalan hambatan selama PJJ tak hanya keterbatasan terhadap akses internet dan listrik tetapi juga pada kepemilikan gawai pintar (ponsel)," ujar Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Satriwan Salim, di Jakarta, Kamis (23/7).

Baca Juga

Permasalahan itu tidak hanya di daerah, bahkan juga terjadi di Jabodetabek. Laporan PJJ fase II atau pada semester awal tahun ajaran baru 2020/2021 masih banyak siswa tidak memiliki gawai pintar secara pribadi.

"Dalam satu keluarga hanya punya gawai satu, itupun dipegang ortu. Alhasil tidak bisa ikut pembelajaran daring bersama teman di siang hari," kata dia.

Setidaknya, terdapat 46 ribu lebih sekolah yang tidak dapat merasakan PJJ daring tersebut. Hal itu terjadi pada mayoritas di daerah-daerah pelosok, pegunungan, khususnya di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T).

Keterbatasan terhadap akses internet, listrik, tidak punya gawai membuat pembelajaran dilakukan dengan metode guru berkunjung ke rumah siswa atau luring. Akan tetapi metode itu tidak efektif, sebab jumlah guru tak memadai jika harus melayani semua siswa.

"Guru yang terbatas, waktu sangat terbatas, bahkan acap kali guru tak bisa berkunjung karena faktor geografis jauhnya rumah siswa di pegunungan yg sulit ditempuh guru. Seperti yang terjadi di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bima, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Ngada, Kabupaten Alor, Kabupaten Timur Tengah Utara, Kabupaten Timur Tengah Selatan, dan lainnya," terang dia.

Oleh karena itu, FSGI meminta Kemendikbud mendata jumlah siswa dan guru yang tidak mempunyai gawai pintar tersebut, tidak punya akses terhadap internet, dan terkendala selama PJJ. Kebijakan negara sangat segera dibutuhkan untuk mengintervensi PJJ tersebut.

"Jika dibiarkan berlarut-larut, maka disparitas kesenjangan kualitas pembelajaran dan pendidikan kita makin timpang, makin besar, antara siswa yg PJJ luring dengan siswa PJJ daring. Kewajiban pemerintah memperpendek ketimpanganan kualitas pendidikan tersebut," imbuh dia.

Sementara untuk PJJ daring juga tidak dimiliki semua siswa karena ketiadaan akses. Metode itu juga lebih baik jika memiliki akses yang memadai. Sumber pembelajaran lebih variatif, metode yg dipilih juga demikian. Sebab guru bisa belajar dan dilatih secara online juga.

"Persoalannya, tidak semua siswa punya gawai pintar, ada kenaikan pengeluaran rumah tangga karena harus membeli kuota internet yang ekstra, relaksasi dana BOS untuk mensusidi siswa tidak mencukupi, bahkan masih ada Kepsek yang belum alokasikan BOS untuk kuota siswa," jelas dia.

Kompetensi guru dalam mengelola PJJ Daring, yang basis utamanya adalah perangkat digital juga terbatas. Oleh karenanya perlu pendampingan, pelatihan bagi guru-guru oleh Pemda dalam mengelola PJJ daring.

FSGI melihat selama pandemi, terjadi peningkatan partisipasi guru dalam mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran secara daring yang dikelola Pemda.

"Ada antusiasme guru-guru belajar mengelola pembelajaran daring berbasis digital."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement