Kamis 23 Jul 2020 17:50 WIB

Hikmah Larangan Potong Kuku & Rambut Awal Dzulhijjah

Menurut Ustadz Pantun, jika mengikut larangan itu akan mendapatkan pahala besar.

Rep: Rahayu Marini Hakim/ Red: Karta Raharja Ucu
Keutamaan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah.
Foto: REUTERS / Thaier al-Sudani
Keutamaan puasa sunnah di bulan Dzulhijjah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Taufiqurrahman atau yang lebih dikenal dengan ustaz pantun mengatakan ada beberapa yang dilarang untuk dilakukan kaum Muslimin selama bulan Dzulhijjah. Yang pertama bagi seseorang yang berniat berkurban dilarang memotong rambut dan kuku hingga hewan kurbannya disembelih.

“Ini larangan yang sifatnya kalau dilakukan sangat bagus sekali. Jadi sebelum kita memotong hewan kurban yang kita kurbankan dianjurkan untuk tidak memotong kuku dan rambut yang ada pada kepala kita,” ujarnya.

Baca Juga

Ustadz Taufiq menjelaskan dalam Surah An-Nur ayat 51 yang secara singkat diartikan jika seorang Muslim mengerjakan atau menjauhi larangan tersebut masuk ke dalam orang-orang yang beruntung. Kedua menurut pendapat para ulama, kata dia, hikmah dari larangan tersebut adalah agar anggota tubuh orang yang berkurban tetap lengkap hingga bisa dibebaskan dari api neraka.

"Ke Pondok Gede naik mobil bis, pahalanya gede abis," kata Ustadz Taufiq berpantun.

Ustadz Taufiq mengatakan dalam setahun ada empat bulan haram yakni Dzulqa’da, Dzulhijjah, Rajab, dan Muharram. Ia mengungkapkan, beramal soleh di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dicintai Allah.

“Merujuk pada Surah At-Taubah ayat 36 yang menyebut dalam setahun ada empat bulan harom, yaitu Dzulqa’da, Dzulhijjah, Rajab, dan Muharram. Keutamaan (bulan Dzulhijjah) seperti yang disebutkan sebuah hadits bahwa Nabi (Muhammad shallahu alahi wassalam) menyebut dengan beramal soleh di sepuluh hari pertama zulhijjah, sangat dicintai Allah,” ujarnya.

Nabi Muhammad, kata Ustadz Taufiq, pernah berkata kepada para sahabat, “Tidak ada hari-hari yang beramal soleh dari pada hari-hari itu, yang lebih dicintai oleh Allah yang dilakukan pada 10 hari pertama Dzulhijjah."

Sahabat bertanya, “Apakah lebih dari Jihad?” Rasulullah menjawab, “lebih dari itu."

Baca Juga: Ini Pahala Beramal Sholeh di 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Ustadz Taufiqurrahman menyebut Rasulullah menganjurkan untuk berpuasa pada tanggal 1 hingga 9 Zuhijjah. Bahkan pada riwayat lain yang bersumber dari istri Rasulullah, Hafshah radhiyallahu anha disebut puasa di awal bulan Dzulhijjah tidak pernah ditinggalkan Rasulullah.

Selain itu, Rasulullah tidak pernah meninggalkan puasa asyura, puasa ayyamul bidh yang jatuh pada tanggal 13, 14 dan 15 di setiap bulan Hijriyah, serta dua rakaat sebelum sholat Subuh.

“Jadi kita bisa melaksanakan sesuai dengan yang Nabi contohkan, berpuasa di sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Kedua di antaranya adalah berkurban,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement