Kamis 23 Jul 2020 12:33 WIB

Serbia Kirim Senjata ke Armenia Sebelum Bentrokan Azerbaijan

Senjata Serbia dikirimkan sebelum pasukan Armenia bentrok dengan pasukan Azerbaijan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Korban milter Azerbaijan akibat bentrokan dengan militer Armenia di perbatasan kedua negara atau Tovus, Ahad (12/7)
Foto: Kedutaan Besar Azerbaijan
Korban milter Azerbaijan akibat bentrokan dengan militer Armenia di perbatasan kedua negara atau Tovus, Ahad (12/7)

REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Wakil Perdana Menteri Serbia, Rasim Ljajic, mengonfirmasi negaranya mengirim senjata ke Armenia, Rabu (22/7). Meski begitu, negaranya tidak ingin merusak hubungan dengan Azerbaijan.

Ljajic mengatakan, senjata tersebut dipasok  sebuah perusahaan swasta untuk Armenia awal tahun ini. "Saya tidak bisa menyebutkan nama perusahaannya. Dua pengiriman senjata dan senapan dibuat pada bulan Mei dan Juni. Nilainya kurang dari satu juta euro," katanya.

Baca Juga

Pengiriman itu, menurut Ljajic, tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Serbia. Perusahan nasional juga tidak terlibat dalam penjualan senjata tersebut. "Perusahaan nasional tidak dimasukkan dalam pengajuan," katanya.

Ljajic mengatakan, tidak ada sanksi yang dijatuhkan pada Armenia oleh lembaga-lembaga internasional atas peristiwa bentrokan yang terjadi di perbatasan Azerbaijan. "Sangat sulit untuk menolak permintaan kecuali ada sanksi resmi," katanya.

Dikutip dari Anadolu Agency, pada awal pekan lalu, kuasa hukum Serbia di Baku, Azerbaijan, Danitsa Veinovic, dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Azerbaijan. Pemanggilan itu dilakukan karena Serbia mengirim senjata ke Armenia ketika bentrokan terjadi di perbatasan kedua negara yang berseteru.

Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Azerbaijan, Wakil Menteri Luar Negeri Halef Halefov mengatakan, Azerbaijan memiliki informasi yang dapat dipercaya dan diverifikasi masalah tersebut. Baku mengetahui sejumlah besar amunisi yang terdiri atas mortir dan berbagai peluru kaliber dikirim dari Serbia ke Armenia. Azerbaijan meminta penjelasan dari Serbia mengenai hal tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement