Rabu 22 Jul 2020 21:57 WIB

Aktivitas Ekonomi dan Wisata DIY Dibuka, Kasus Covid-19 Naik

DIY mengalami lonjakan kasus positif Covid-19 beberapa hari ini.

Petugas megukur suhu tubuh pengunjung sebelum memasuki kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Ahad (19/7). Protokol kesehatan Covid-19 menjadi panduan wajib di tempat wisata Yogyakarta. wajib menggunakan masker, mencuci tangan, dan pengukuran suhu tubuh selalu dilakukan oleh petugas. Ini dilakukan untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Dan Yogyakarta masih belum terbebas dari penambahan pasien Covid-19.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petugas megukur suhu tubuh pengunjung sebelum memasuki kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Ahad (19/7). Protokol kesehatan Covid-19 menjadi panduan wajib di tempat wisata Yogyakarta. wajib menggunakan masker, mencuci tangan, dan pengukuran suhu tubuh selalu dilakukan oleh petugas. Ini dilakukan untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Dan Yogyakarta masih belum terbebas dari penambahan pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lonjakan kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 terjadi di DIY beberapa hari ini. Bahkan, tambahan kasus positif ini mencatat rekor pada 19 dan 21 Juli yang masing-masingnya ada lonjakan kasus mencapai 16 kasus dan 28 kasus.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, lonjakan kasus di DIY dikarenakan aktivitas masyarakat yang sudah mulai dibuka. Contohnya, aktivitas ekonomi dan pariwisata.

Baca Juga

"Ini bagian konsekuensi kita kalau sudah terbuka. Kita sudah menerima tamu dalam jumlah cukup banyak. Baik itu urusan wisata, bisnis maupun urusan keluarga dari luar daerah, bahkan dari daerah zona merah pun sudah kita terima di DIY," kata Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (22/7).

Dengan mulai dibukanya beberapa aktivitas tersebut, maka kasus positif yang ada di DIY berpotensi bertambah. Terlebih, sebagian besar kasus positif di DIY merupakan kasus impor.

Walaupun begitu, aktivitas pariwisata di DIY belum seluruhnya dibuka untuk wisatawan. Artinya, masih dibuka secara bertahap.

Pihaknya pun saat ini sudah memaksimalkan pelaksanaan tes swab melalui polymerase chain reaction (PCR). Aji menyebut, kapasitas laboratorium di DIY untuk memeriksa sampel Covid-19 cukup besar.

"Ini bisa segera kita ketahui karena ketersediaan laboratorium dengan kapasitas yang cukup banyak ini bisa disegerakan hasilnya kita umumkan," ujarnya.

Saat kasus positif dilaporkan 16 kasus pada 19 Juli lalu, sampel yang diperiksa sebanyak 1.165 sampel dari 952 orang. Sementara, pada 21 Jul yang dilaporkan adanya tambahan 28 kasus merupakan hasil pemeriksaan terhadap 353 sampel dari 229 orang.

Hal ini menunjukkan banyaknya sampel yang diperiksa, tidak selalu menyebabkan kasus yang terkonfirmasi positif juga besar. Aji mengatakan, hal ini dikarenakan proses tracing atau pelacakan yang dilakukan terhadap kontak kasus positif.

"Kalau tracing yang kita lakukan memang tidak menggambarkan banyak yang berinteraksi dengan seseorang yang terkonfirmasi positif, maka tentu swab test yang kita lakukan bisa lebih sedikit. Begitu juga sebaliknya," kata Aji.

 

Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, secara epidemiologi lonjakan kasus tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah yang diperiksa. Peningkatan pemeriksaan melalui swab ini, salah satunya dilakukan dikarenakan masifnya tracing yang dilakukan.

"Dulu kita tracing kontak itu di RDT dulu. Tapi saat ini sudah langsung kita swab dan kita perluas. Dulu tracing cuma yang kontak erat, tapi sekarang kita cari. Ibaratnya kalau ada lingkaran (penularan Covid-19), maka lingkaran ini kita perluas," kata Berty.

photo
10 besar daerah dengan rasio kasus Covid-19 tertinggi. - (Infografis Republika.co.id)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement