Rabu 22 Jul 2020 16:55 WIB

Golkar, Revolusi Diam-Diam yang Mengubah Arah Politik

Pada 2005 pertama dalam sejarah parpol meneken kerja sama dengan lembaga survei.

Bendera Partai Golkar.
Foto:

Kasus di atas menjadi contoh kongkrit. Hebatnya profiling, memilah segmen pemilih, melihat perilaku pemilih berdasarkan segmentasinya, untuk membuat prediksi dan strategi.

Dalam esai ini, penulis membuat formula 10 P untuk strategi marketing politik. P ke 4 dari 10 P di atas adalah Profiling: memilah pemilih berdasarkan segmentasi.

Pada tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan P 1: Pro- Innovation. P 2: Public Opinion. Dan P 3: Polling (survei opini publik). Tulisan ini fokus pada P 4: Profiling.

Populasi pemilih itu tidak berada dalam satu boks yang homogen. Perilaku mereka juga dibentuk oleh latar belakang agama, pendidikan, gender, status ekonomi, asal daerah, intensitas membaca berita politik, dan aneka preferensi lain.

Bagaimana dunia akademik membicarakan soal profiling pemilih ini? Bagaimana memahami segmentasi pemilih dalam rangka voting behavior?

Ada banyak cara membuat profiling pemilih. Misalnya membagi pemilih berdasarkan kategori elementer. Untuk kategori ini, ada tiga bentuk segmentasi yang penting.

Pertama, pemilahan geografis (wilayah). Segmentasi ini berkaitan dengan bagaimana sebaran pemilih berdasarkan wilayah. Data bisa diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) atau data pemilih dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Partai atau kandidat bisa memetakan wilayah (misalnya kecamatan) mana saja yang padat penduduk dan menyumbang suara terbesar, dan mana yang tidak. Data mengenai sebaran segmen pemilih ini akan baik kalau dilengkapi dengan data dari riset pemilih. Yakni bagaimana posisi partai atau kandidat dibandingkan dengan kompetitor berdasarkan wilayah.

Kita bisa menarik data segmentasi geografis ini ke lebih yang paling bawah: desa (kelurahan). Sebagai misal, kandidat kepala daerah yang maju di sebuah kabupaten dengan jumlah 500 desa.

Segmentasi geografis memetakan kekuatan kandidat dan kompetitor. Di desa mana saja kandidat menang. Sebaliknya di wilayah mana saja Ia mengalami kekalahan.

Data ini akan berguna untuk targetting, wilayah mana saja yang akan menjadi sasaran kampanye. Kedua, pemilahan sosio-demografis. Pemilih dipilah berdasarkan umur, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, agama, dan sebagainya.

Data mengenai sebaran segmen pemilih ini juga bisa diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data ini perlu dilengkapi dengan data mengenai kekuatan partai/ kandidat dan kompetitor yang diperoleh lewat riset pemilih.

Data yang diperlukan misalnya, bagaimana kekuatan kandidat dan kompetitor berdasarkan pendidikan, umur, pendidikan, dan sebagainya di segmen mana saja kandidat menang dan di segmen pemilih mana kandidat kalah dengan kompetitor.

Ketiga, psikografik. Data ini terkait dengan orientasi atau kecenderungan pemilih. Pemilih terdiri atas berbagai tipe yang bisa dipetakan. Newman (2001) membuat suatu peta psikologis pemilih, yang dibagi ke dalam 4 kategori pemilih.

A) Pemilih rasional.

Perilaku pemilih ini lebih mementingkan isu dan kebijakan yang dibuat oleh partai atau kandidat. Pemilih mengidentifikasi isu dan program partai. Sejauh mana partai dipandang dapat menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh pemilih.

B) Pemilih emosional. Perilaku pemilih lebih mementingkan ikatan emosional dan persepsi pemilih terhadap partai. Pemilih lebih melihat ikatan agama, kedaerahan, hubungan personalnya dengan partai atau kandidat.

C) Pemilih sosial. Perilaku pemilih ditentukan oleh citra atau pandangan umum dari khalayak mengenai partai atau kandidat. Bagaimana citra partai atau kandidat itu yang terbentuk di masyarakat. Ini partai atau tokoh yang korup kah? Punya reputasi baikkah?

D) Pemilih situasional. Pemilih yang mengambang dan menentukan partai pilihan karena situasi atau konteks tertentu. Perilaku pemilih ditentukan oleh situasi dan isu kontemporer.

Misalnya tiba tiba merebak isu virus corona. Tokoh dan partai itu terasa lebih peduli, memberikan bantuan, penyuluhan. Sikap partai dan tokoh pada isu aktual yang populer itu yang menentukan keterpilihannya di segmen ini.

Tentu saja, segmentasi pemilih dapat dibuat tak berhingga, sesuai target. Pemilih bisa dipilah juga berdasarkan yang sudah menetapkan pilihan, yang masih mengambang, dan yang masih belum bersikap sama sekali. Pemilih juga dapat dibedakan pula berdasarkan intensitasnya membaca berita politik.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement