Rabu 22 Jul 2020 12:47 WIB

Pengembangan Vaksin Kunci Pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020

Olimpiade Tokyo 2020 seharusnya dibuka pada Jumat (24/7)

 Monumen cincin Olimpiade raksasa di Taman Laut Odaiba di Tokyo, Jepang, 16 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Monumen cincin Olimpiade raksasa di Taman Laut Odaiba di Tokyo, Jepang, 16 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan vaksin atau pengobatan virus corona akan menjadi kunci bagi terselenggarakannya Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda dalam waktu satu tahun.

"Secara spesifik, poin pertama adalah bahwa vaksin atau obat telah dikembangkan," kata Presiden komite penyelenggara Olimpiade Yoshiro Mori, dalam wawancara dengan penyiaran nasional NHK, yang disiarkan Rabu (22/7).

Baca Juga

Ditanya apakah Tokyo bisa menyelenggarakan Olimpiade jika situasi virus tetap tidak berubah, Mori mengatakan, "Jika semuanya terus seperti saat ini, kami tidak bisa."

Namun ia mengatakan bahwa skenario itu hipotesis. "Saya tidak bisa bayangkan situasi seperti ini akan terus selama setahun lagi," katanya.

Olimpiade Tokyo 2020 seharusnya dibuka pada Jumat (24/7), namun Olimpiade dinyatakan ditunda pada Maret karena virus corona menyebar di seluruh dunia, menandai gangguan terburuk pada Olimpiade sejak dua edisi yang dibatalkan selama Perang Dunia II.

Olimpiade sekarang dijadwalkan dibuka pada 23 Juli 2021, namun jajak pendapat baru-baru ini telah menunjukkan kurangnya antusiasme publik untuk menyelenggarakan event tersebut, karena kasus virus menunjukkan kebangkitan di Jepang.

Hanya satu dari empat orang di Jepang yang menginginkan Olimpiade Tokyo yang ditunda diselenggarakan tahun depan, dengan sebagian besar mendukung ditunda lagi atau dibatalkan, menurut survei yang dipublikasikan oleh Kyodo News pekan ini.

Sebagian besar yang mendukung ditunda atau dibatalkan mengatakan mereka tidak percaya pandemi tersebut dapat diatasi tepat pada waktunya untuk Olimpiade.

Di antara beberapa pilihan yang sudah disampaikan untuk penyelenggaraan Olimpiade pada masa pandemi adalah kemungkinan membatasi penonton, atau menggelar event secara tertutup.

Namun Mori mengatakan, mengurangi jumlah penonton akan sulit. Ia mengatakan, menggelar event tanpa penonton bukan lah pilihan untuk saat ini.

"Jika ini satu-satunya cara untuk melakukannya, maka ini adalah sesuatu yang harus kita pertimbangkan. Jika itu terjadi, mungkin ada pembicaraan tentang pembatalan," katanya tanpa menjelaskan lebih jauh.

Dengan sisa waktu satu tahun hingga Olimpiade yang dijadwal ulang, ada keraguan mengenai apakah penundaan akan cukup untuk mengatasi pandemi.

Jepang sejauh ini telah melaporkan 26.300 kasus COVID-19 dengan 989 kematian, namun Tokyo menunjukkan peningkatan kasus baru-baru ini dan perbatasan negara tersebut masih hampir sepenuhnya tertutup bagi pengunjung dari luar negeri, demikian AFP.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement