Selasa 21 Jul 2020 15:14 WIB

52 Ton Bawang Merah Probolinggo Diekspor ke Thailand

Negara seperti Thailand diakuinya sangat berminat terhadap bawang merah Probolinggo.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Petugas dari Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya memeriksa bawang merah asal Probolinggo yang akan diekspor ke Thailand pada Selasa (21/7).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Petugas dari Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya memeriksa bawang merah asal Probolinggo yang akan diekspor ke Thailand pada Selasa (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya kembali memfasilitasi ekspor produk petanian asal Jawa Timur. Produk pertanian yang diekspor kali ini adalah bawang merah asal Probolinggo. Totalnya, 52,4 ton bawang merah yang diekspor ke Thailand oleh PT Citra Makmur Sentosa (CMS). Ini merupakan ekspor perdana bawang merah Probolinggo tahun ini.

"Kali ini kami kirimkan dua kontainer dulu ke Thailand. Totalnya 52,4 ton. Ini perdana di tahun ini karena kan di Probolinggo belum panen raya. Kami pun masih menunggu untuk panen raya," kata Direktur PT Citra Makmur Sentosa Wantik di Surabaya, Selasa (21/7).

Wantik mengatakan, belum berlangsungnya panen raya membuat harga bawang merah di tingkat petani masih tinggi. Meskipun enggan mengungkapkan detail harganya. Namun, kata dia, karena adanya pemintaan dari negara tujuan, maka ekspor tetap dilaksanakan. Negara-negara seperti Thailand diakuinya sangat berminat terhadap bawang merah Probolinggo, karena beberapa keunggulannya.

"Keunggulannya merah, besar-besar, dan lebih pedas. Dari beberapa sampel yang kami kirimkan ke sana, yang responnya paling baik ya bawang merah Probolinggo ini. Harga saat ini masih tinggi tapi karena permintaan di Thailand tinggi, yang penting masih untung ya kita berangkatkan," ujar Wantik.

Wantik mengungkapkan, selain bawang merah, pihaknya pun tengah menjajaki ekspor komoditas lainnya seperti kacang hijau. Namun, dia mengakui adanya beberapa kendala dalam proses ekspor. Seperti terbatasnya negara tujuan. Dia mencontohkan Vietnam, yang saat ini sudah tidak lagi mau menerima impor bawang merah asal Indonesia.

"Untuk Vietnam kita sudah tidak bisa masuk ke sana lagi. Makanya kami mohon dibantu agar bawang merah bisa masuk ke sana lagi agar ekspor bisa meningkat," ujar Wantik.

Wantik mengakui, pandemi Covid-19 sempat menjadi hambatan bagi eksportir untuk mengirimkan komoditas-komoditas unggulannya. Namun, seiring diberlakukannya era kenormalan baru, keran ekspor mulai kembali terbuka. Wantik pun mengaku pihaknya terus berupaya mendorong ekspor komoditas-komoditas unggulan Jatim. Sehingga perekonomian bisa kembali bangkit, setelah terpuruk akibat Covid-19.

Wantik juga menargetkan ekspor bawang merah tidak menurun meski sempat terhambat pandemi Covid-19. "Tahun lalu kurang lebih kami mengekspor 15 sampai 20 kontainer. Per kontainernya 28 ton. Biasanya mulai Juli itu stok melimpah, karena panen raya biasanya Juli," kata Wantik.

Kepala Seksi Pelayanan Operasional Karantina Tumbuhan pada Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Tupa HM Hutabarat mengakui, bawang merah Probolinggo menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan Jatim. Maka dari itu, pihaknya pun terus memberikan kemudahan-kemudahan kepada pihak eksportir, agar bawang merah asal Jatim bisa terus diekspor.

"Kemudahannya kita bisa melakukan pemeriksaan cepat, pelayanan cepat, sehingga cepat menerbitkan sertifikat ekspornya. Apalagi kita juga kan ada program gerakan ekspor tiga kali lipat sehingga harus dipermudah," kata Tupa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement