Selasa 21 Jul 2020 12:51 WIB

Pangeran Nayef Dituduh Korupsi, Ramai di Medsos Saudi

Tuduhan Pangeran Mohammed bin Nayef korupsi dinilai bertujuan menggoyang opini publik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Nayef
Foto: EPA
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Nayef

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pengguna Twitter di Arab Saudi menuding mantan pangeran mahkota dan asistennya telah lama melakukan korupsi. Cicitan terkait korupsi yang dilakukan Pangeran Mohammed bin Nayef dan ajudannya yang merupakan mantan pejabat intelijen, Saad al-Jabri mulai ramai di Twitter sejak Jumat (17/7) lalu.

Dua sumber yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, kampanye yang digemakan oleh pengguna Twitter pro-pemerintah bertujuan untuk menggoyang opini publik. Mereka ingin mencoreng citra Nayef di dalam negeri.

Baca Juga

Pangeran Nayef digulingkan dalam kudeta istana pada 2017. Dia kemudian digantikan oleh putra mahkota Mohammed bin Salman (MbS). Sebelum digulingkan, Nayef dipandang sebagai pesaing paling signifikan untuk naik takhta. Dia mengendalikan keamanan negara, mengembangkan hubungan dekat dengan agen intelijen Barat, dan populer di kalangan konservatif.

Pemerintah menahan bin Nayef pada Maret bersama dengan dua bangsawan senior kerajaan lainnya. Mereka ditahan di lokasi yang dirahasiakan. Sementara, Jabri berada di pengasingan di Kanada dan dua anaknya juga ditahan oleh otoritas Saudi. Putra Jabri, Khalid mengatakan kepada Reuters bahwa kampanye di Twitter tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

"Kampanye di Twitter adalah penyimpangan dari kisah aktual, penyanderaan saudara dan saudari saya, penganiayaan, dan tuduhan palsu," kata Khalid.

Pada Juni, sumber-sumber Saudi mengatakan kepada Reuters bahwa MBS sedang berupaya untuk mengajukan tuntutan terhadap bin Nayef terkait dengan tuduhan korupsi selama menjabat di Kementerian Dalam Negeri. Dia juga menginginkan dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh Jabri. Pemerintah Saudi tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar pada saat itu.

Beberapa surat kabar Saudi yang berpengaruh mengangkat laporan Wall Street Journal terkait kasus korupsi bin Nayef. Dalam laporan itu, Wall Street Journal mengutip pejabat Saudi dan dokumen pemerintah yang mengatakan bahwa, Jabri menyalahgunakan uang pemerintah sebesar 11 miliar dolar AS, ketika bin Nayef menjabat di Kementerian Dalam Negeri.

Khalid membantah laporan tersebut dan mengatakan bahwa ayahnya tidak pernah menyalahgunakan uang tersebut. Khalid menambahkan, bin Nayef memiliki kebijakan penuh di Kementerian Dalam Negeri.

Ribuan pengguna Twitter ramai-ramai menggunakan tagar dalam bahasa Arab, "Saad al Jabri yang buron", dan "Korupsi Saad al Jabri" selama akhir pekan lalu. Seorang diplomat mengatakan, cicitan di Twitter itu membuka jalan bagi pemerintah Saudi untuk menuduh bin Nayef terlibat dalam dugaan korupsi al-Jabri.

Seorang sumber Saudi yang tidak disebutkan namanya mengatakan, para pembantu MbS "mempercepat kampanye" melawan bin Nayef dan Jabri menjelang pemilihan presiden AS pada November. Sebelumnya, calon presiden AS dari Demokrat, Joe Biden berjanji akan mengambil sikap tegas terhadap MBS atas kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Biden juga berjanji akan mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement