Selasa 21 Jul 2020 12:25 WIB

Sirte Diujung Perang, Ini Kekuatan Militer Mesir VS Turki

Sirte yang kaya minyak akan menjadi wilayah strategis di Libya untuk direbutkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Kota Sirte di Libya yang porak poranda karena perang. Mesir dan Turki terancam terlibat perang di Sirte.
Foto: AP
Kota Sirte di Libya yang porak poranda karena perang. Mesir dan Turki terancam terlibat perang di Sirte.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintahan Libya di Tripoli Government of National Accord (GNA)  menggerakan pasukan lebih dekat ke Sirte pada Sabtu (18/7). Sekitar 200 kendaraan bergerak ke arah timur dari Misrata di sepanjang pantai Mediterania menuju kota Tawergha, sekitar sepertiga dari perjalanan ke Sirte.

Namun kelompok Libyan National Army (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar tak tinggal diam.  Seperti dikutip dari Al Arabiya, sebagai penguasa wilayah tersebut, LNA telah menutup wilayah udara 200 kilometer di atas Sirte dan melarang pesawat militer non-LNA terbang di atas wilayah yang ditentukan. Mereka pun telah mengirim pejuang dan senjata untuk meningkatkan pertahanannya.

Baca Juga

Keputusan GNA untuk merebut Sirte  dari pasukan Khalifa Haftar bukan tanpa alasan. Wilayah ini merupakan pintu gerbang ke terminal minyak utama Libya. Wilayah ini mengandung lebih dari 60 persen minyak Libya. Pelabuhan minyak Sidra, Ras Lanuf, Marsa al-Brega, dan Zuwetina semuanya dapat diatur dari kota tersebut.

Terlebih lagi, Sirte juga penting secara strategis bagi negara-negara yang mendukung dua kelompok yang berseteru di Libya. Turki mendukung GNA, sedangkan LNA yang menguasai wilayah tersebut didukung Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Rusia.

Ketika kabar GNA menurunkan pasukan mendekati wilayah itu, LNA dan pasukan sekutu bersiap. Mesir bahkan mengambil tindakan dengan parlemennya  memberikan persetujuan untuk Presiden Abdul-Fattah al-Sisi menurunkan pasukan pula ke negara tetangga.

Keputusan ini akan membuat dua negara terlibat langsung dalam konflik di Libya. Menilik dari kekuatan masing-masing, bentrokan cukup besar akan terjadi di wilayah Sitre.

Seperti dikutip dari Forces, sebagai negara yang mengharuskan warganya wajib militer, Turki memiliki pasukan luar biasa. Tenaga militer aktif, sebanyak 355 ribu personel militer aktif dan 380.000 cadangan. Kondisi ini membuat Turki memiliki jumlah tentara aktif ke-15 tertinggi di dunia, dan ke-17 tertinggi jumlah tentara cadangan.

Dalam hal pengeluaran militer, Turki saat ini memiliki anggaran tahunan yang setara dengan 19 miliar dolar AS dan menghabiskan 1,89 persen PDB untuk pertahanan pada 2019. Dana tersebut disalurkan untuk Angkatan Darat Turki (Turk Kara Kuvvelleri), Angkatan Laut Turki (Turk Deniz Kuvvelleri), dan Angkatan Udara Turki (Turk Hava Kuvvelleri).

Sedangkan dari segi armada, Turk Kara Kuvvelleri memiliki 2.622 tank, 8.777 kendaraan tempur lapis baja, 1.278 senjata self-propelled, 1.260 buah artileri tarik, dan 438 sistem roket multi-peluncuran. Turk Deniz Kuvvelleri, memiliki 16 fregat, 10 korvet, 35 kapal patroli, 11 kapal perang ranjau dan 12 kapal selam. Negara ini juga memiliki 206 pesawat tempur, 80 pesawat angkut, 276 pesawat pelatihan, dan 497 helikopter.

Sedangkan Mesir, menurut situs peringkat Global Fire, berada di posisi ke-9 dari 138 negara dalam hal kekuatan militernya. Sebanyak 920.000 personel tentara, dengan 36.075.104 orang dapat dimasukan dalam kategori yang bisa ikut membantu dalam bidang keamanan.

Untuk kekuatan total militer, Kairo memiliki 1.054 aset, yang meliputi 215 pesawat tempur, 294 helikopter, 81 helikopter serang, dan 387 untuk latihan. Terdapat pula 4.295 tank, 11.700 kendaraan bersenjata, dan 1.084 proyektor roket, dan memiliki 316 total aset khusus perairan, di antaranya ada 2 kapal induk, 7 fregat, dan 8 kapal selam.

Dengan kekuatan ini, jika kedua terlibat langsung pertempuran di Sirte, maka diprediksi akan menimbulkan korban yang tak sedikit.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement