Senin 20 Jul 2020 06:32 WIB

Mengapa Kudeta 15 Juli Terhadap Presiden Erdogan Gagal?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sempat dikudeta namun gagal pada 15 Juli

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada acara KL Summit 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, (19/12).
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA-EFE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada acara KL Summit 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia, (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID -- Kekuatan kepemimpinan Presiden Recep Tayyp Erdogan dan kecintaan rakyat terhadap negara menjadi kunci keberhasilan Turki mengalahkan kudeta pada malam 15 Juli 2016.

Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Hasbi Amiruddin mengatakan Erdogan merupakan sosok yang sangat dicintai warganya karena berhasil mengatasi krisis ekonomi di Turki.

“Saya berharap kudeta empat tahun lalu tidak pernah terjadi lagi,” ujar Hasbi, dalam diskusi virtual memperingati kudeta gagal yang digelar Ottoman-Malay World Studies pada Rabu.

Hasbi mengatakan Turki memiliki pengaruh besar dalam dunia internasional dan mewakili kepemimpinan global dunia Islam.

“Turki telah menjadi salah satu negara yang powerful,” kata dia.

Hasbi mengatakan suara Erdogan tidak hanya mewakili Turki, tapi telah menjadi suara umat Islam dunia.

Erdogan juga berjuang untuk menyelesaikan problem umat Islam di Timur Tengah seperti Palestina dan Suriah.

“Erdogan telah menjadi figur dalam dunia Islam,” terang dia.

Nama Erdogan, kata dia, juga menggema di mati masyarakat Indonesia, khususnya Aceh, karena kepedulian pemimpin Turki itu terhadap korban tsunami pada 2004.

“Erdogan datang langsung ke Aceh untuk memberikan bantuan,” ucap dia.

Wakil Sekjen NGO Dunia Islam Ahmad Azam Ab Rahman menyampaikan Langkah Erdogan untuk menggagalkan kudeta menjadi inspirasi bagi dunia internasional.

“Erdogan memiliki spirit independen,” ucap dia.

Dia pun merasa prihatin dengan tindakan teror kelompok Fethulleh Gulen melancarkan kudeta dan membunuh rakyat sipil.

“Tindakan dia melakukan membuka wajah sebenarnya gerakan FETO,” terang dia.

Dia pun mendorong kerja sama antara pemerintah dan ulama untuk memajukan Turki ke depan.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah menjadi pemimpin Muslim,” tandas dia.

Yon Machmudi, Ketua Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, mengatakan Gerakan FETO bergerak secara rahasia.

Kondisi ini membuat kelompok teror itu rentan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu.

Yon juga menilai langkah FETO melakukan kudeta menunjukkan ketidaksetiaan mereka kepada bangsa.

“FETO tidak memiliki komitmen terhadap demokrasi,” terang dia.

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement