Senin 20 Jul 2020 00:55 WIB

Asa Para Pekerja Sektor Pariwisata

Pekerja pariwisata harus banting setir atau beralih profesi agar bisa bertahan hidup.

Rep: S Bowo Pribadi / Red: Agus Yulianto
Wahana Ondolangit, salah daya tarik kawasan wisata Gumukreco, di Desa Wisata Sepakung di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pemerintah Desa setempat sementara menutup arena wisata yang ada di desa wisata ini hingga pemberitahuan lebih lanjut, guna mengantisipasi dan mencegah penyebaran virus corona.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Wahana Ondolangit, salah daya tarik kawasan wisata Gumukreco, di Desa Wisata Sepakung di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pemerintah Desa setempat sementara menutup arena wisata yang ada di desa wisata ini hingga pemberitahuan lebih lanjut, guna mengantisipasi dan mencegah penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, Lumpuhnya industri pariwisata akibat dampak pandemi Korona di Kabupaten Semarang, menjadi pukulan berat bagi Ahmad Nur Amin (47 tahun). Dia merupakan satu dari sekian ribu pekerja yang menyandarkan hidupnya dari geliat bisnis sektor pariwisata di daerah tersebut.

Bapak dua anak warga Tuntang, Kecamatan Tuntang ini mengaku, sejak obyek wisata tempatnya bekerja ditutup--lebih dari empat bulan lalu--ia pun harus kehilangan penghasilan tetap. Sebuah situasi yang teramat sulit untuk bisa menghidupi keluarganya.

Sebagai tulang punggung keluarga, selama itu pula ia harus terus berikhtiar guna memastikan anak dan isteri tetap bisa makan. "Juga untuk mememenuhi beban biaya kebutuhan hidup yang lain," ungkapnya, akhir pekan kemarin.

Kendati begitu, Amin mengaku, masih beruntung, karena masih bisa menggantungkan asa dari danau Rawapening. Selama industri pariwisata di daerahnya terhenti, ia masih bisa mencari nafkah dengan menangkap ikan di danau alam yang ada di lingkungan tempat tinggalnya tersebut.

Kini, dia mengisi kesehariannya dengan menjadi nelayan di danau Rawapening guna menyambung hidup, di tengah ketidakpastian kapan pandemi berakhir dan industri pariwisata bisa menggeliat lagi. "Seberapa pun hasilnya, tetap saya syukuri," tambahnya.

Meski begitu, dia juga berharap, pandemi corona bisa segera berlalu, sehingga sektor pariwisata bisa kembali menggeliat. "Dengan begitu, kami yang kini terdampak bisa bekerja kembali seperti sebelum masa pandemi," tegasnya.

Amin merupakan salah satu dari 8.126 pekerja pariwisata terdampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Semarang yang menerima manfaat bantuan beras dan lauk pauk siap saji dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

Sebelumnya penyaluran bantuan Kemenparekraf ini diterimakan kepada para penerima manfaat tersebut, bekerja sama dengan jajaran Polres Semarang melalui masing-masing polsek di seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Semarang.

Ketua DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Semarang Aris Susanto mengatakan, sektor pariwisata benar-benar berhenti sejak pandemi corona mewabah di Kabupaten Semarang. Akibatnya tak sedikit anggota HPI yang kini bekerja serabutan.

Hal tersebut terpaksa dilakukan karena mereka tak lagi punya penghasilan dari industri pariwisata. Sementara mereka juga harus tetap mencukupi kebutuhan hidup untuk keluarga atau untuk dirinya sendiri.

Bahkan, tegasnya, tak sedikit pula pekerja pariwisata di Kabupaten Semarang yang harus banting setir atau beralih profesi agar bisa bertahan di tengah pandemi. Ada anggota HPI yang menjadi kuli bangunan, berjualan apa saja hingga mengerjakan pekerjaan tidak tetap lainnya.

Oleh karena itu, dia juga berharap, selain bantuan berupa lauk pauk siap saji dari Kemenparekraf, juga ada semacam bantuan langsung tunai yang diberikan kepada para pekerja di sektor pariwisata yang ada di daerahnya.

Karena pandemi corona ini tidak bisa diprediksi kapan bakal berakhir. "Artinya, krisis para pekerja di sektor pariwisata ini juga masih akan berlangsung lama,” tandas Aris, yang saat ini terpaksa juga bekerja sebagai sopir truk tanki air bersih.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupatrn Semarang, Dewi Pramuningsih menyampaikan, sebanyak 8.126 pekerja pariwisata yang menganggur karena dampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Semarang mendapat bantuan Kemenparekraf.

Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah usulan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang dalam membantu para pekerja sektor pariwisata yang terdampak pandemi Korona. “Alhamdulillah, seluruh usulan penerima dari Kabupaten Semarang disetujui dan jumlah tersebut terbanyak di Jawa Tengah," ujarnya.

Saat ini, lanjut Dewi, jumlah pekerja pariwisata di Kabupaten Semarang yang tercatat pada dinasnya mencapai 10 ribu orang. Mereka terdiri dari pemandu wisata, karyawan hotel yang dirumahkan, penjual cenderamata dan kuliner di obyek wisata serta pengelola desa wisata.

Terkait distribusi bantuan ini telah disosialisasikan kepada 8.126 pekerja yang mendaftar secara online. Bagi para pekerja pariwisata yang belum mendapatkan bantuan akan diusulkan untuk mendapat bantuan dari Provinsi Jawa Tengah.

Penyalurannya dilakukan dengan dukungan aparat kepolisian, melalui masing- masing polsek di mana mereka berdomisili. Data penerima manfaat tersebut yang telah didelegasikan kepada masing- masing polsek.

Masing- masing meliputi Polsek Ungaran sebanyak 2.104 penerima manfaat, Polsek Bergas (1.295), Polsek Bawen (544), Polsek Bandungan (2.028), Polsek Sumowono (103), Polsek Jambu (117), Polsek Ambarawa (267), Polsek Banyuibiru (228) dan Polsek Gerasan (106).

Selain itu Polsek Susukan (370), Polsek Tengaran (129), Polsek Kaliwungu (11), Polsek Suruh (52), Polsek Pabelan (189), Polsek Bringin (121) dan Polsek Tuntang (462). Dewi berharap bantuan bisa bermanfaat bagi pelaku dan pekerja pariwisata di masa sulit seperti saat ini.

"Apalagi banyak tempat-tempat wisata di Kabupaten Semarang yang ditutup dan tidak beroperasi dalam waktu lumayan lama, karena pertimbangan zona persebaran pandemi Korona," tandasnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement